Keberagamaan Membuahkan Kebajikan Perilaku, Pesan Haedar Nashir
Islam sebagai agama dakwah bukan hanya mengurusi syariat, lebih dalam dari itu. Aktivitas ke-Islam harus menghujam dalam kesadaran imani yang membuahkan kebajikan perilaku.
“Jika ingin Islam itu mewujud dalam tindakan nyata yang mencerahkan diri dan lingkungannya maka penting adanya proses spiritualisasi ihsan dalam beragama,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir.
Ia mengungkapkan hal itu, ketika didaulat sebagai keynote speaker dalam Sarasehan Kebangsaan pra-Tanwir yang digelar di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), belum lama ini.
Beragama dan dakwah merupakan dua aspek yang saling terkait baik antar keduanya maupun dengan agama itu sendiri. Beragama menyangkut praktik hidup pemeleuk agama yang jiwa, pikiran, sikap, dan tindakannya berlandaskan agama.
“Dakwah yang serba menghardik, memvonis, lebih-lebih yang memusuhi dan takfiri bukanlah dakwah yang mencerahkan. Berdakwahlah sebagaimana Nabi menyeru untuk menyempurnakan akhlak manusia disertai uswah hasnah serta menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin dalam kehidupan semesta.”
Dengan beragama manusia itu beriman sekaligus berilmu dan beramal kebaikan sesuai dengan nilai-nilai dasar dari agama itu sendiri.
“Dengan demikian beragama merupakan kata kerja dari setiap orang yang memeluk agama, yang dalam terminologi Islam sepadan dengan mengamalkan agama secara totalitas atau kaffah," tutur Haedar.
Keislaman bukan berhenti dalam atribut pakaian serba putih yang tampak disakralkan dari luar, ritual-ritual ibadah seremonial, kefasihan berdalil kitab suci, serta sederat formalitas syariat luar. Islam justru harus dijadikan model perilaku aktual (mode for action) yang serba bajik sebagaimana rujukan Akhlak Nabi dan para sajabat mulia yang membuktikan kata sejalan tindakan. Itulah akhlak uswah hasanah.
Dalam konteks menggelorakan “Beragama yang Mencerahkan” seganap pimpinan penting menyuarakan sekaligus mempraktikan pesan-pesan keislaman yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan.
Islam harus membentuk perangai umatnya agar lurus dan lapang hati dalam menghadapi keadaan. Perangai tersebut juga berlaku dalam konteks dakwah dan menyikapi orang lain yang berbeda keyakinan sekalipun, sungguh terhormat manakala lurus dan lembut hati. Kelembuthatian jika tetap dilandasi kekuatan prinsip atas keyakinan Islam tidak akan menjadikan diri rendah atau kalah di hadapan orang lain.
Dalam gerakan dakwah pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badlul-juhdi) untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan permusuhan.
“Dakwah yang serba menghardik, memvonis, lebih-lebih yang memusuhi dan takfiri bukanlah dakwah yang mencerahkan. Berdakwahlah sebagaimana Nabi menyeru untuk menyempurnakan akhlak manusia disertai uswah hasnah serta menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin dalam kehidupan semesta.” (adi)
Advertisement