Kebencanaan di Indonesia Menjadi Perhatian Dunia, Ini Faktanya
Negara dengan tantangan terjadinya bencana dalam berbagai skala, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pemimpin di dunia yang memiliki kebijakan untuk pencegahan kebencanaan yang lebih baik. Demikian disampaikan Mami Mizutori, Asisten Sekretaris Jenderal dan Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Pengurangan Risiko Bencana, Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) di Jakarta.
Sejumlah hal menjadi latar belakang dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah, bagi konferensi dua tahunan serta platform terbesar di dunia untuk penanggulangan bencana dalam upaya meningkatkan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di dunia itu.
“Termasuk, kerusakan ditanggulangi sebaik mungkin. Tapi, tidak hanya pemerintah, bahkan masyarakat sendiri menyadari atas berbagai risiko yang ada di sekitar mereka. Serta, karena Indonesia lebih tangguh jika dibandingkan banyak negara lainnya. Itulah mengapa Indonesia menjadi tuan rumah bagi konferensi ini,” ungkap Mizutori, dalam keterangan Rabu 2 Februari 2022.
Musutori mengungkapkan hal itu, terkait Indonesia menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 oleh Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), berlangsung 23 – 28 Mei mendatang di Nusa Dua, Bali.
Pesan-pesan Khusus
Menurut Mizutori rakyat Indonesia memiliki peran penting untuk ikut menyukseskan GPDRR Mei mendatang.
“Pesan saya untuk rakyat Indonesia adalah risiko merupakan urusan semua orang. Tidak ada yang menghancurkan hidup kita seperti halnya bencana. Jadi, kita harus berhenti untuk hanya menanggapi setelah bencana menimpa kita dan kehidupan. Melainkan, kita harus membuat sesuatu yang lebih baik dalam pencegahan. Kita perlu menyediakan lebih banyak sumber daya, pendanaan untuk sektor kebencanaan sebelum bencana terjadi,” terang Mizutori.
Selain, dikatakan Mizutori dalam upaya penanggulangan bencana juga harus memprioritaskan mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan. Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk memastikan tidak ada satu orang pun yang tertinggal.
“Sebab, hal yang terpenting adalah bencana memberikan dampak kepada semua orang. Tapi, tidak semua orang dengan cara yang sama. Ada perempuan, anak-anak perempuan, orang-orang yang hidup dengan disabilitas, warga senior, masyarakat miskin. Mereka ini secara proporsional terdampak akibat bencana. Kita perlu memastikan tidak ada satu orang pun yang tertinggal. Kita perlu memastikan bahwa kita melakukan investasi dalam penanggulangan bencana,” papar Mizutori.
“Mari kita lakukan bersama, hal itu diimplementasikan di Indonesia tapi juga di kawasan dan secara global. Karena, ini adalah area dimana Anda memerlukan adanya seorang pemimpin, negara yang memimpin. Karena, hal itu tidak mudah bukan?. Dan, Indonesia adalah pemimpin di area ini,” sambungnya.
Terkait tema utama GDPRR ke-7 “Dari Risiko ke Ketangguhan: Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua di Dunia yang Ditransformasikan oleh COVID”, disebut Mizutori erat hubungannya dengan risiko yang ditimbulkan oleh krisis iklim dan pandemi COVID-19.
“Dimana 90 persen dari seluruh bencana utama di dunia adalah berhubungan dengan iklim. Jadi, kita perlu mengerjakan ini, tapi kita juga perlu bekerja dalam penanganan COVID-19. Saat ini kita berjuang dalam penanganan COVID-19 untuk menanggapinya lebih baik. Namun, kita juga perlu pulih lebih baik. Kita perlu membawa seluruh kerangka ini bersama. Sehingga, kita memikirkan seluruh risiko bersama-sama, bukan satu risiko secara terpisah. Sehingga, kita bisa meraih tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s),” jelas Mizutori lagi.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut, dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah GDPRR ke-7, merefleksikan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia sebagai pusat pengetahuan terkait kebencanaan.
“Penyelenggaraan tersebut juga dapat menjadi “role model” penyelenggaraan even internasional di era “new normal”. Serta, merefleksikan kepercayaan dunia internasional atas kepemimpinan Indonesia atas isu kebencanaan, yang juga menegaskan posisi Indonesia sebagai negara “Center of Knowledge” di bidang kebencanaan ini,” kata Muhadjir Effendy dalam konferensi pers persiapan GPDRR ke-7 secara daring, Rabu 2 Februari 2022.
GPDRR ke-7 pada 23-28 Mei 2022 menurut rencana akan diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali. Diperkirakan akan ada sekitar 4.000 hingga 5.000 peserta dari 193 negara.
Swiss merupakan tuan rumah GDPRR ke-6 yang dilaksanakan di Jenewa pada 2019, berlokasi di Gedung International Conference Center Geneva dan di Gedung Varambé Conference Center. Sebelumnya, GPDRR juga pernah diadakan pada 1994, 2005, 2007, 2009, 2011, 2013, 2015, dan 2017.
Advertisement