Kebas di Kaki, Saatnya Hati-Hati!
Meski letaknya jauh dari mata dan letaknya di bawah, namun bukan berarti organ yang satu ini pantas diabaikan saja. Apalagi bagi penderita diabetes. Kaki adalah organ tubuh yang paling vital yang patut diberi perhatian lebih. Kenapa? Berdasarkan penelitian, 60 persen kasus kompilkasi pada penderita diabetes ada di kaki.
Diabetes sering dianggap sebagai penyakit yang tidak mematikan. Namun sebenarnya jika tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa membahayakan. Disebut membayakan karena diabetes menyerang semua organ tubuh. Mulai kepala hingga ujung kaki. Hanya dua organ yang tidak diserang yaitu rambut dan kuku.
Pada penderita diabetes, gula darah yang tinggi menyebabkan pengendapan pada dinding pembuluh darah. Sehingga pembuluh yang seharusnya normal, menjadi mengecil alirannya karena endapan gula darah tadi. Kondisi ini diperparah dengan aliran darah yang kental. Bayangkan saja sebuah saluran air yang mampet karena endapan lumpur. Kira-kira seperti juga yang terjadi pada pembuluh darah pada penderita diabetes.
Dari kondisi itu, maka organ tubuh yang paling jauh dengan jantung-- yang berperan sebagai pemompa darah, menjadi organ yang paling menderita. Organ itu adalah kaki. Kaki menjadi organ yang paling menderita saat peredaran darah tak lancar. Padahal di sisi lain, peredaran darah yang lancar itu sangat dibutuhkan oleh syaraf, termasuk juga syaraf-syaraf di kaki.
“Syaraf adalah organ tubuh yang paling manja. Artinya dia harus disuplai terus oksigen melalui peredaran darah. Syaraf sangat tergantung sekali pada pembuluh darah. Jika pembuluh darah terganggu, akibatnya syaraf di kaki juga ikut terganggu,” ujar dr. Heru Wiyono SpPD dari Rumah Sakit Bedah Surabaya.
Tak heran, jika kemudian penderita diabetes kakinya sering merasa kebas atau kesemutan, terasa tebal dan terkadang sampai merasa terbakar. Bahkan pada tingkat yang sudah parah, indera perasa di kaki seolah menjadi hilang.
“Bahkan saat berjalan, kaki penderita diabetes terkena pecahan kaki, tapi dia tidak merasakannya. Tahu-tahu sudah berdarah. Itu disebabkan karena efek syaraf di kaki telah rusak. Jadi kemungkinan resiko luka di kaki pada penderita diabetes sangat tinggi,” terang Heru.
Jika sudah terjadi luka pada penderita diabetes, maka ada kemungkinan lukanya pun akan lama sembuh. Hal ini masih terkait dengan aliran darah. Dalam pembuluh darah, yang beredar tak hanya sel darah merah, tapi juga sel darah putih. Nah, sel darah putih inilah yang biasanya digunakan oleh tubuh kita untuk melawan infeksi.
“Karena peredaran darah terganggu, maka sel darah putih fungsinya terganggu. Sehingga luka pada penderita diabetes pun lama sembuhnya,” terang Heru.
Mencegah luka
Ada pepatah mengatakan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh penderita diabetes untuk mencegah terjadinya luka pada kaki? Jawabannya sederhana, perhatikan kesehatan kaki!
“Saya sering melihat penderita diabetes berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Alasannya untuk refleksi. Padahal berjalan tanpa alas kaki pada penderita sangat rentan sekali terjadinya luka,” ujar Heru.
Dalam kesempatan apa pun, kata Heru, penderita diabetes memang sebaiknya gunakan alas kaki. Namun, jangan samakan memilih alas kaki dengan kondisi saat masih sehat. Ada beberapa hal yang pantas diperhatikan dalam urusan memilih alas kaki bagi penderita diabetes. Misalnya saja pertama, pilih alas kaki yang memiliki sol tebal. Dengan sol yang tebal, maka jika kena paku paku tidak langsung kena ke telapak kaki.
Kedua, jangan memilih alas kaki yang pas di kaki atau bahkan kekecilan. Karena jika memilih alas kaki yang pas di kaki atau kekecilan, ada resiko terjadinya luka karena kulit lecet. Heru menyarankan pilih alas kaki yang nomornya satu tingkat di atasnya. Misalnya saja, jika saat masih sehat biasa memakai alas kaki ukuran 36, maka jika sudah menderita diabetes, disarankan memakai ukuran 37 agar lebih longgar. Dengan memakai alas kaki yang longgar, maka akan mengurangi resiko luka pada kaki karena gesekan.
Ketiga, lupakan alas kaki yang berujung lancip. Karena alas kaki yang berujung lancip membuat jari-jari kaki tidak lega. Jika jari-jari kaki tidak lega, dikhawatirkan akan menyebabkan lecet pada kulit. Gunakan pula kaos kaki untuk melapisi kaki supaya tidak mudah terjadi luka.
Kemudian, selain mematut-matut wajah di depan cermin, ternyata mematut-matut kaki di depan cermin penting juga bagi penderita diabetes. Mematut-matut kaki pada cermin bertujuan untuk mengetahui apakah ada luka atau tidak di kaki.
Selain itu, jika penderita diabetes ingin merendam kakinya di air hangat, lebih baik minta tolong kepada orang yang masih sehat untuk menanyakan apakah airnya masih panas atau sudah hangat. Pada penderita diabetes yang sudah parah fungsi sensoriknya sudah berkurang, sehinga dia sudah tak bisa membedakan antara yang masih panas dengan yang sudah hangat. Bisa jadi buat orang normal sudah masih panas, namun bagi penderita diabetes tidak terasa panas. Ujungnya-ujungnya bisa menyebabkan luka bakar.
Hal terakhir yang tak kalah pentingnya adalah lakukan senam kaki diabetes dua kali sehari. Esensi dari senam kaki diabetes ini sebenarnya adalah menggerakan semua sendi kaki ke semua arah. Caranya dalam posisi duduk, beber selembar koran di atas lantai. Kemudian bulatkann selembar koran tadi menjadi sebuah bola dengan menggunakan kaki, tanpa bantuan kaki sama sekali. Setelah koran terbntuk menjadi sebuah bola, urai kembali bola koran tadi menjadi lembaran. Ulangi berkali-kali tanpa bantuan tangan.
“Lakukan dua kali sehari, olah raga yang murah meriah bagi penderita diabetes,” pungkas Heru. (amr)
Advertisement