Ini Kesaksian Soal Kronologis 4 Anak Tewas Terpanggang Api
Rumah Abdullah dipenuhi oleh warga dan tim Laboratorium Forensik (Labfor) dari Polda Jatim, untuk melakukan olah TKP pada pukul 12.05 WIB.
Sebelumnya, sekitar pukul 11.17 WIB, jenazah empat korban kakak-beradik tersebut telah selesai diotopsi, di Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang.
Kemudian disholatkan di Masjid Al-Asyari, Junrejo, Kota Batu, sekitar pukul 11.45, ba’da dzuhur. Jenazah kemudian dimakamkan di TPU Dusun Junwatu, yang lokasinya berdekatan dengan krematorium Desa Junrejo Batu.
Banyak tetangga yang berdatangan mengerubungi rumah korban, untuk melihat kondisi rumah terkini. Salah satu tetangga korban, Roni Susanto, menuturkan, bahwa rumah tersebut sudah dikontrak 2 tahun oleh Abdullah dari saudara Roni.
“Jadi dia di sini ngontrak sudah 2 tahun, rumah ini punya saudara saya. Dia itu asli Solo, di sini berdagang dari pagi sampai malam,” terangnya.
Roni menceritakan bahwa tiap kali pergi berdagang Abdullah bersama istrinya, ia selalu membawa serta 6 anaknya.
“Tiap pagi dia bawa 3 anaknya, 3 lagi di bawa istrinya, sekalian mengantarkan anaknya sekolah,” tuturnya.
Ia melanjutkan dari dalam rumah terdengar teriakan minta tolong. “Mungkin itu suara istrinya atau anaknya, kita tidak tahu. Warga langsung membantu dobrak pintu rumahnya,” jelasnya.
Roni menambahkan, Abdullah berhasil membawa keluar 2 anaknya yang digendong dengan istri. Namun, korban lupa bahwa keempat anaknya masih di dalam, kemudian korban masuk lagi ke dalam untuk menolong anaknya.
“Dia teriak ‘anakku-anakku’ dia mencoba menyelamatkan anaknya tapi tidak berhasil,” tuturnya.
Roni menambahkan ketika paginya Abdullah dan Herlina masih terlihat syok karena tak menyangka keempat anaknya sekaligus meninggal.
“Ya pastilah mereka sedih, tadi pagi saya jenguk di rumah tetangganya yang di belakang. Dia lemes sambil megang luka di lututnya itu,” terangnya.
Melanjutkan kesaksiannya, kala itu Abdullah sudah berusaha masuk, tapi kobaran api sudah membesar sampai menjulang tinggi ke atas, sehingga walapun telah berusaha maksimal, nyawa keempat anak Abdullah tetap tak terselamatkan.
“Warga membantu memadamkan dengan peralatan seadanya. Kami mengambil air dengan merusak pipa di depan rumahnya,” tutup Roni. (teo)