Keasyikan Baru di Tahun Baru Islam
Saya merasakan geliat baru di tahun baru Islam di Indonesia. Perayaan pergantian tahun tak hanya terjadi di setiap malam 31 Desember. Tapi juga setiap tanggal 1 Muharam.
Juga bukan lagi melulu menjadi tahun barunya orang Jawa. Apalagi hanya tahun barunya Keraton Jogjakarta maupun Solo. Kini 1 Muharam atau 1 Suro bagi orang Jawa menjadi keasyikan baru.
Berbagai cara mereka merayakannya. Mulai dari jalan sehat bersarung, pesta kembang api, sampai dengan pawai bunyi-bunyian keliling kampung. Di pedesaan, sejumlah lembaga pendidikan dan masjid-masjid menggelar doa bersama.
Geliat memperingati tahun baru hijriyah ini juga merambah di berbagai lini masa. Saling mengucapkan selamat tahun baru juga dilakukan hampir orang. Tidak peduli yang muslim maupun bukan. Yang non muslim juga dengan enteng mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam.
Tuntunan doa akhir dan awal tahun baru di ngopibareng.id diunduh puluhan ribu pembaca di tanggal 10 September kemarin. Jadi trending sehari semalam.
Itu artinya umat Islam di Indonesia telah menjadikan 1 Muharam menjadi hal yang istimewa. Sesuatu yang perlu disambut, dimeriahkan dan diperingati dengan berbagai acara dan doa.
Ini geliat baru yang belum terasa beberapa tahun lalu. Geliat yang seakan membantah persepsi sekelompok orang yang merasa Islam dipinggirkan. Menjawab opini yang menuduh Islam di Indonesia kurang mendapat tempat.
Seperti halnya hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, tahun baru Islam juga telah menjadi hari libur nasional. Seperti halnya hari libur santri yang telah berlangsung sejak pemerintahan Presiden Jokowi.
Geliat peringatan 1 Muharam sudah mulai jauh lebih bergaung ketimbang perayaan 1 Syura. Menjadikan kemeriahan tak hanya terjadi di Jogja, Solo dan Ponorogo. Tapi hampir di semua daerah yang mayoritas muslim.
Pongki Purnawan, pengusaha muda Jogja yang juga aktivis Muhammadiyah, punya cara khusus merayakan tahun baru Hijriyah. "...ku panjatkan doa sebagaimana orang orang dahulu yg dianjurkan dalam bentuk tumpeng dan bubur syuran.. semoga tahun ini Allah selalu senantiasa paring berkah, rahmat, sehat, panjang umur, jembar rejekine.. amiieenn," katanya.
Tahun baru Islam dihitung berdasarkan hitungan peredaran bulan atau qamariyah. Perhitungannya dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad 1440 tahun lalu. Sedangkan perhitungan lainnya didasarkan pada peredaran matahari yang dikenal dengan hitungan tahun Masehi.
Hampir 15 abad Islam telah mewarnai dunia. Kini gairah ber-Islam juga telah merebak ke mana-mana. Sayangnya, berbagai konflik masih dirasakan umat. Seperti yang dikeluhkan pemikir muda Islam Dr Ulil Abshar Abdala.
"Lima belas abad sudah. Dan umat Islam masih "eker-ekeran", kadang untuk soal-soal "mlekunyit". Selamat Tahun Baru Hijriyah 1440," katanya sendu. (arif afandi)
Advertisement