Kealiman Gus Dur, Pesan Kiai Jogja Ini di Luar Dugaan
KH Abdurrahman Wahid, di samping ada penentangnya di masa hidup, cukup banyak pengagumnya. Hingga kini, kekaguman pada Gus Dur yang tak pupus. Presiden ke-4 RI, makin terus memberikan inspirasi bagi kaum santri khususnya.
Terkadang pengakuan seorang ulama dan kiai kharismatik terhadap Gus Dur, mengejutkan dan tak terduga sebelumnya.
"Gus... Setelah Sang Senja tenggelam pada 14 Muharram 1431H, tepat 11 tahun lalu Panjenengan ikut berpulang. Bukan pulang kepada Keluarga di Ciganjur, bukan ke PBNU atau menemui pecinta panjenengan di NUsantara. Tapi berpulang menghadap kepada Yang Maha Segala Maha , penguasa segala yang ada di Alam Semesta ini, bertempat di Kampung Abadi."
Demikian pengakuan Shuniyya Ruhama, seorang santriwati yang kini jadi Bu Nyai di Jawa Tengah. "Kami semua kangen Panjenengan Gus..." kenangnya. "Nanti kami semua pasti akan menyusul Panjenengan di Kampung Abadi, berjumpa Panjenengan yang kami cintai , untuk bersama-sama menemui Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Al Fatihah ..."
Pada tahun 2000 Shuniyya Ruhama bertanya kepada murobbi ruhina Mbah Kiai Iskandar Yogyakarta. "Mbah, Gus Dur itu 'kan Kiai, tapi kok perilakunya seperti itu ya. Aneh tur nganeh-anehi" ??"
Kiai Iskandar tersenyum. Sang Kiai kharismatik ini menjawab :
"Aslinya, Gus Dur itu tidak aneh Nduuk (panggilan orangtua untuk putrinya, red)... Kita saja yang tidak nutut ilmunya, sehingga memandang beliau aneh. Seandainya orang seperti Simbah ini ada seribu, diikat dikumpulkan jadi satu, ilmunya tidak ada sekuku hitamnya Gus Dur... Gus Dur iku alim-alime wong paling alim jaman iki"..
Kini, Shuniyya Ruhama pun teringat pesan Kiai iskandar itu. "Kagem Mbah Yai Iskandar dan Mbah Wali GusDur... Al Fatihah".
Kali ini memang tak harus ketawa terbahak-bahak. Kita cukup tersenyum dengan mengenang kehadiran Gus Dur.