Keagungan Kitab Al-Muhazzab, Ini Uraian Ulil Abshar Abdalla (2)
Kitab agung itu bernama Al-Muhazzab, demikian tulisan KH Ulil Abshar Abdalla, Pengasuh Pengajian Ihya Ulumiddin. Sebagai intelektual Muslim, banyak khazanah Keislaman yang menjadi perhatiannya untuk diperkenalkan kepada publik.
Kali ini, ia menulis karya ulama penting bernama Syekh Abu Ishaq al-Syirazi (w. 476 AH/1083 AD). Berikut uraian lengkap Gus Ulil, yang alumnus Jurusan Islamic History & Culture di Boston University dan Jurusan Islamic studies di Harvard University, Amerika Serikat. Kali ini bagian terakhir dari uraiannya:
Konon, filsuf besar Muslim Ibn Sina (w. 427 AH/1037 AD) juga melakukan hal yang sama. Setiap menulis karya filsafat, dan "mandeg-jegrek" karena menghadapi soal yang musykil dan rumit, Ibn Sina konon istirahat sejenak, lalu melakukan salat sunnah dua rakaat. Seringkali, setelah salat, Ibn Sina akan mendapatkan "pencerahan" dan jawaban atas kemusykilan yang ia hadapi itu.
Jika kita membaca tradisi "literasi" atau kepengarangan di era klasik, tampak bahwa ritual atau kebiasaan salat sunnah dua rakaat ini adalah tradisi yang umum di kalangan ulama. Salat sunnah, bagi ulama zaman dulu, adalah semacam alat pemecah untuk mengatasi "writer's block", yaitu keadaan saat seorang penulis mengalami kemacetan dan kehilangan ide sama sekali.
Kembali kepada kitab Muhazzab. Pengaruh kitab ini begitu besarnya di kalangan ulama mazhab Syafi'i, sehingga ia menjadi rujukan utama --bersama kitab al-Wasith karya al-Ghazali-- selama berabad-abad hingga lahirlah dua imam besar: yaitu Imam Rafi'i (w. 623 AH/1226 AD) dan Imam Nawawi (w. 676 AH/1277 AD).
Setelah munculnya dua sosok ini, pengaruh Imam al-Syirazi dan kitab Muhazzab mulai merosot, digantikan oleh karya kedua imam tersebut. Setelah abad ke-13, rujukan yang dominan di lingkungan mazhab Syafi'i bergeser dari al-Wasith (karya al-Ghazali) dan al-Muhazzab (karya al-Syirazi) ke karya-karya Imam Nawawi, terutama karya beliau yang berjudul "Minhaj al-Thalibin", selain kitab al-Muharrar karya Imam al-Rafi'i.
Meski kitab Muhazzab masih dikaji di kalangan pesantren dan madrasah tradisional di seluruh dunia Islam hingga sekarang, tetapi popularitasnya mulai "disalip" oleh karya-karya Imam Nawawi seperti "Minhaj" itu. Kitab "Fath al-Wahhab" karya Imam Zakariyya al-Ansari (w. 926 AH/1520 AD) yang amat populer di pesantren itu, misalnya, adalah syarah (komentar) atas kitab lain yang berjudul "Manhaj al-Thullab". Kitab yang terakhir ini adalah merupakan ringkasan yang ditulis oleh Imam Zakariyya al-Ansari atas kitab Minhaj al-Thalibin karya Imam Nawawi tersebut.
Begitu juga kitab Tuhfat al-Muhtaj karya Imam Ibn Hajar al-Haitami (w. 973 AH/1566 AD) yang banyak dipakai sebagai rujukan dalam forum "bahsul masa'il" (forum untuk merumuskan fatwa) di lingkungan NU, adalah syarah atau komentar atas kitab Minhaj karya al-Nawawi di atas.
Dalam lingkungan mazhab Syafi'i, Imam Nawawi bisa dianggap sebagai "al-mu'tamad fi al-madzhab", rujukan yang paling valid. Jika terjadi persilisihan dalam mazhab, maka pendapat yang dianggap paling valid dan bisa dipegang adalah pendapat Imam Nawawi.
Meskipun demikian, pengaruh Imam Syirazi dengan Muhazzab-nya tidaklah hilang dan pudar sama sekali. Kitab ini masih tetap menjadi rujukan penting dalam mazhab Syafi'i. Imam Nawawi sendiri menulis syarah atau komentar yang massif dan tebal sekali (dalam edisi Maktabat al-Irshad, syarah ini terbit dalam dua puluh tiga jilid) atas kitab Muhazzab ini. Syarah itu berjudul: al-Majmu' Syarh al-Muhazzab.
Pengaruh Imam Syirazi tidak melulu melalui Muhazzab. Dia juga meninggalkan "warisan intelektual" yang penting dalam ilmu ushul al-fiqh (teori hukum Islam), melalui dua kitabnya: al-Tabshirah dan al-Luma'. Kitab yang pertama kurang populer di kalangan pesantren. Tetapi kitab yang kedua, yaitu al-Luma', banyak diajarkan di pesantren, hingga sekarang. Guru saya, almarhum Kiai Sahal Mahfudh, bahkan sempat menulis syarah atau komentar atas kitab ini.
Mari kita hadiahkan Fatehah kepada semua orang-orang agung yang meninggalkan warisan intelektual yang agung ini. Al-Fatehah...
Sekian.
Advertisement