Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mohammad Mahfud MD terus berupaya menekankan kepada masyarakat, untuk menghindari hoaks dan sikap golput jelang Pemilihan Umum (Pemilu) April 2019 mendatang. Kata Mahfud, golput adalah suatu kerugian, sebab memilih pada pemilu nanti adalah hak konstitusi yang eksklusif dimiliki oleh setiap Warga Negara Indonesia (WNI). "Jangan sampai golput. Karena itu hak esklusif konstitusi yang khusus diberikan kepada WNI untuk memilih," ujarnya, dalam acara Jelajah Kebangsaan di Stasiun Gubeng, Surabaya, Kamis, 21 Februari 2019. Mahfud mengakui, orang yang memiliki pemikiran golput itu biasanya mempunyai pemikiran yang idealis. Mahfud menganggap orang itu selalu menginginkan calon yang terbaik. Maka, pada orang yang golput itu pun, Mahfud berpesan, agar mereka mau untuk memilih antara calon yang setidaknya lebih baik dari calon lain. Hal itu, demi menghindari calon yang lebih jelek terpilih. "Calon-calon kita kok tidak baik, Saya golput saja. Nah itu justru rugi, karena nanti yang akan terpilih calon-calon yang lebih jelek," katamya. Ia menyadari, menjelang pemilu, situasi dan sikap masyarakat menjadi kurang bagus. Menurutnya, ada pula pengelompokan-pengelompokan yang menajam disertai upaya saling serang secara tak etis. Hal itu membuat konsentrasi rakyat terbelah. "Di antaranya arus informasi hoaks yang sudah merajalela dan diproduksi secara terus menerus. Sehingga saya mengatakan hoaks itu gerakan pengacau pemilu. Karena sudah diberi tahu bahwa berita itu bohong tapi tetap dikembangkan terus," katanya Belum lagi soal isu keterlibatan negara asing, seperti propaganda Rusia dan campur tangan Amerika Serikat. Meski tak mengetahui kebenaran berita hoax tersebut, namun menurutnya isu itu cukup masuk akal. “Menurut teori yang sudah berkembang dan ini entah benar atau tidak yang katanya dikembangkan Rusia dan dibantu Amerika. Subtansi penjelasannya cukup masuk akal," kata Mahfud. Menurutnya pesta demokrasi ini harusnya berjalan secara menyenangkan. Ia berharap usai gelaran Pilpres, Pileg, dan Pemilu bisa rukun dan utuh sebagai bangsa. “Ngga ada pesta kalau pulang-pulang semuanya sakit perut. Pesta itu ya ada minum ada makanan. Anda pilih sendiri, caleg ini caleg itu dan capres ini capres tu, tinggal pilih-pilih. Makan-makan, ibarat pesta sudah pulang, perut kita enak. Dan kita rukun kembali sebagai bangsa," katanya. (frd)