Ke PT Smelting, Menaker Ida Pastikan Lindungi Pekerja Perempuan
Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI Ida Fauziah mengunjungi PT Smelting Gresik, Kamis, 5 Agustus 2021. Ia menemui para pekerja perempuan perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga itu, serta para tokoh serikat pekerja perempuan di Gresik.
Pertemuan itu berlangsung dengan protokol kesehatan di kantin PT Smelting. Ia didampingi Dirjen Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Haiyani Rumondang dan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Indah Anggoro Putri.
Ikut hadir dalam pertemuan itu Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani dan Ketua DPRD Gresik Much Abdul Qodir. Kehadiran menteri asal PKB ini disambut langsung Presiden Direktur PT Smelting Hideya Sato, Executive Vice President Tatsuya Inoue dan Direktur Bisnis & komersial Irjunawan P Radjamin.
"Ini kunjungan saya ke luar kota setelah PPKM Darurat. Terima kasih kepada PT Smelting yang bersedia menggelar pertemuan dalam rangka sosialisasi menghapus pelecehan seksual dan diskriminasi di tempat kerja," kata menteri perempuan asal Jawa Timur ini.
Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan panjang lebar tentang jaminan perlindungan terhadap pekerja perempuan. Jaminan perlindungan itu juga menjadi bagian penting dalam UU Cipta Kerja. Perlindungan pekerja perempuan dijamin dalam UU tersebut seperti UU sebelumnya.
Namun demikian, masih banyak di antara aktifis pekerja yang tidak percaya dengan hal ini. "Sangat dzalim saya yang juga perempuan sampai tidak memasukkan jaminan perlindungan bagi pekerja perempuan dalam UU Cipta Kerja," katanya.
Ia juga memaparkan kondisi dunia ketenagakerjaan sejak adanya pandemi Covid-19 ini. Disebutkan bahwa sejak pandemi 2020, dunia kerja begitu buruk. Pengangguran mencapai 9,7 jula. Sedangkan 29 juta penduduk ikut terdampak pandemi ini.
"Alhamdulillah, per Februari 2021, angk pengangguran turun satu juta menjadi 8,7 juta. Jumlah penduduk yang terdampak juga berkurang," kata menteri yang juga mantan anggota DPR RI dari daerah pemilihan di Jatim ini.
Ia mengakui bahwa perempuan menjadi pihak yang paling mendapat beban berat dalam pandemi ini. Karena keharusan kerja dari rumah dan sekolah dari rumah, perempuan harus membagi perhatian juga kepada suami dan anak.
"Bagi perempuan pekerja, WFH (Work From Home) ini kelihatannya enak. Tapi sebetulnya bebannya bertambah. Karena ia harus juga mendampingi anaknya yang sekolah dan bapaknya yang WFH. Jadi harus mengatur semuanya," kata Ida.
Karena itu, sudah seharusnya cara berpikir yang diskriminasi terus dihindarkan. Biarlah peran kodrati seperti melahirkan anak menjadi tugas perempuan. Untuk peran yang bukan kodrati saatnya menjadi beban bersama, termasuk kaum pria.
Mengutip data, Menaker mengatakan bahwa sejak pandemi Covid angk kekerasan kepada perempuan meningkat. Banyak suami yang tak kerja. Lantas bebannya dilimpahkan ke istrinya. Bahkan emosi mereka juga ditumpahkan ke ibu-ibu.
Dalam kesempatan itu, Ida meyakinkan bahwa tak ada niat pemerintah untuk mengurangi perlindungan terhadap pekerja perempuan. Juga tetap menjaga agar jangan sampai terjadi diskriminasi dalam mendapatkan pekerjaan dan upah.
Dia mengajak semua pihak untuk berkomitmen dalam mencapai zero kekerasan terhadap pekerja perempuan. Ini bisa dilakukan dengan adanya komitmen dari pemerintah, perusahaan dan para pekerja.
Yang menarik, Ida Fauziah juga berpesan jangan sampai terjadi lagi kasus intimidasi dalam dunia kerja.
"Yang mengintimidasi tidak hanya pengusaha. Pekerja juga bisa melakukan intimidasi atau mengintimidasi," tegasnya.
Ida pun menjamin pemerintah mendorong penuh perluasan kesempatan kerja terhadap perempuan. Sehingga sektor pekerjaan yang selama ini terdefinisi sebagai pekerjaan pria juga banyak yang telah diisi perempuan.
"Sehingga sekarang sudah ada sekuriti perempuan, sopir, di Smelting tadi saya lihat ada sekuriti perempuan," tandas Ida.
Langkah Smelting
Sementara itu, dalam sambutannya, Presdir PT Smelting Hideya Sato memaparkan kondisi yang sulit di tengah situasi pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 hingga saat ini. Kendati demikian, perusahaan yang dipimpinnya tetap berusaha keras untuk tetap bisa beroperasi dengan baik dan stabil dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, agar dapat membantu perekonomian Indonesia dan Jawa Timur.
“Kami mempertahankan produksi agar tetap bisa mensuplai bahan baku asam sulfat kepada pabrik pupuk Petrokimia Gresik untuk ketahanan pangan, dan juga agar tetap bisa mengolah hasil tambang PT Freeport yang sangat penting bagi Indonesia. Berkat kerja keras seluruh karyawan dan juga dukungan dari pemerintah khususnya Kementerian Tenaga Kerja, kami saat ini tetap bisa beroperasi dengan baik,” kata Hideya Sato.
Selama masa PPKM Darurat ini, PT Smelting juga rela mengurangi kapasitas produksi. Hal ini dilakukan supaya PT Smelting bisa membantu untuk berkontribusi menyediakan Liquid Oxygen medis untuk membantu rumah sakit yang saat ini kekurangan oksigen.
Dikatakan, PT Smelting bekerja sama dengan PT Linde sebagai pemasok gas PT Smelting telah memasok 75 ton oksigen medis sebagai bagian dari Corporate Social Responsilbility (CSR) yang disalurkan melalui kementerian Kesehatan RI.
Selain itu, PT Smelting dan PT Linde juga menyiapkan 50 ton per minggu oksigen medis, yang disalurkan melalui PT Petrokimia Gresik sebagai Ketua Satgas Covid-19 untuk penanganan Covid-19 bagi BUMN di wilayah Jawa Timur.