KBRI Tokyo Pamerkan Kain Gringsing bersama Kurume Kasuri
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo terus mendorong pemajuan kebudayaan Indonesia, kali ini melalui perhelatan budaya bertajuk Indonesian Diversity Festival: A Million Colours yang digelar bersama Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang, di Yokohama.
Festival budaya diselenggarakan dengan topik utama pameran dan lokakarya wastra yang dibuat dengan metode ikat ganda dari Indonesia dan Jepang, yakni Kain Gringsing dan Kurume Kasuri. Tampilan tarian tradisional dari beberapa provinsi, suguhan hadrah dan permainan gamelan memperkaya acara pameran dan lokakarya yang dihadiri ratusan pengunjung.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang merangkap Federasi Mikronesia, Heri Akhmadi, dalam sambutannya, mengingatkan pentingnya mempertahankan persatuan Indonesia yang memiliki keberagaman suku bangsa dan bahasa.
“Sebagai bangsa, kita harus mensyukuri keberagaman yang dimiliki. Dengan jumlah suku bangsa lebih dari 1.300 dan ratusan bahasa daerah, maka semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti Unity in Diversity harus terus ditanamkan dalam hati sanubari dan diimplementasikan dalam kehidupan dengan bergotong royong memulihkan negara kita,” tutur Dubes Heri melalui siaran pers yang diterima Ngopibareng.id Selasa 2 Agustus 2022.
Dubes Heri juga menekankan bahwa semangat yang diusung KBRI Tokyo juga senantiasa sejalan dengan semangat Indonesia sebagai Presidensi Perhelatan G20. Dubes Heri juga menegaskan pentingnya mempertahankan budaya bangsa dalam bentuk wastra yang juga sangat banyak di Indonesia.
“Kain Gringsing merupakan warisan nenek moyang yang hanya ada di Desa Tenganan, Bali. Teknik pembuatan ikat ganda di dunia hanya dapat ditemui di tiga negara, yakni Indonesia, Jepang dan India. Saya bangga bahwa hari ini salah satu wastra Indonesia dapat bersanding dengan wastra Jepang yang memiliki keunikan sama dalam Teknik pembuatannya. Melalui pameran dan lokakarya hari ini diharapkan Kain Gringsing semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat Jepang,” jelas Heri.
Penggiat pelestarian budaya sekaligus Ketua Yayasan Karacita, Rere Woelandari, yang bertindak selaku narasumber dalam kegiatan ini, bersama Perwakilan Shimogawa Kasuri Factory, Kyozo Shimogawa, berdiskusi dalam lokakarya ini. Keduanya memaparkan sejarah kedua wastra, dan sepakat menginginkan kerja sama erat ke depan guna mempromosikan dan melestarikan kedua jenis wastra yang termasuk unik dan langka di dunia.
Sebelumnya, Rere menuturkan, Yayasan Karacitra Indonesia merupakan salah satu penerima manfaat Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan yang diusung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan luaran buku “Keberlanjutan Mastro Tunun Gringsing” dan dokumentasi video yang diputar dalam kesempatan yang sama.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Republik Indonesia di Tokyo, Yusli Wardiatno, dalam kesempatan ini, menyampaikan bahwa pengenalan Kain Gringsing ini merupakan upaya diplomasi budaya yang efektif di Jepang, mengingat warga Jepang umumnya sangat menghargai karya budaya. “Apalagi wastra Indonesia ini mempunyai kesamaan dengan wastra tradisional Jepang yang ditemukan lebih kurang 200 tahun silam,” tutur Atdikbud Yusli.
“Antusiasme dan apresiasi masyarakat Jepang terhadap budaya tradisional Indonesia sangat tinggi. Kain Ginsring ini berasal dari Bali, dan umumnya wisatawan asal Jepang yang ke Indonesia memilih Bali sebagai destinasi wisata favorit. Maka, kegiatan ini sangat disambut baik. Diskusi yang terbangun pun dapat menjadi pembelajaran dua pihak dalam mengembangkan warisan budaya ini,” papar Yusli.
Acara ini merupakan bagian dari kegiatan Indonesia-Japan Forestry Investment Dialogues 2022 yang digagas oleh Atase Kehutanan KBRI Tokyo, M. Zahrul Muttaqin.
Advertisement