Kawanan Kera Ekor Panjang Rusak Tanaman Petani 2 Desa Banyuwangi
Para Petani di wilayah Desa Kemiren dan Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, mengeluhkan serangan hama kera ekor panjang. Kera-kera ini jumlahnya ratusan bahkan ribuan.
Selama bertahun-tahun, kera-kera tersebut merusak berbagai jenis tanaman mulai ubi, pisang, durian hingga tanaman padi. Petani mengaku sering merugi akibat keberadaan hama kera liar ini.
“Ini sudah menjadi hama, kalau dibiarkan orangnya tidak makan,” jelas Katemin, warga Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Rabu, 23 November 2022.
Dia menyatakan, keberadaan kawanan kera ini sebenarnya sudah sangat lama. Namun kawanan kera ekor panjang ini semakin liar sejak tiga atau lima tahunan ini. Mereka merusak dan memakan semua tanaman milik petani. Mulai buah-buahan hingga tanaman padi.
“Durian kalau buahnya sudah mulai besar diambil, kalau padi mulai berbuah itu dirusak,” jelas Katemin.
Dia menyebut, kawanan monyet ini ada ratusan atau bahkan ribuan. Biasanya mereka datang ke sawah atau kebun saat pemiliknya tidak ada. Bisa pas pagi hari sebelum pemiliknya datang. Atau sore hari pada saat pemilik sawah atau kebun sudah pulang.
“Pokoknya kalau pas sawahnya sepi, keranya datang,” bebernya.
Senada dengan Katemi, keluhan soal kawanan kera yang merusak tanaman juga disampaikan petani dari Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Mislan. Pria 60 tahun ini mengatakan, sebenarnya hampir seluruh petani di mengeluhkan keberadaan kawanan kera yang jumlahnya ratusan.
“Para petani mengeluh. Saya tidak tahu dari mana asal monyetnya. Keranya ribuan. Besar, ekornya panjang,” jelasnya.
Dia menjelaskan, semua jenis tanaman dirusak yanga di sawah atau kebun dirusak oleh kawanan monyetnya. Di sawahnya sendiri ada beberapa jenis tanaman yang dirusak, ada pisang, ubi kayu dan juga padi. Untuk buah-buahan atau pisang, jika tidak dibungkus dengan baik dan kuat maka dijamin akan habis oleh kera tersebut.
“Kemarin pisang saya di makan. Ada yang dirusak. Ubi kayu dicabut dipakai untuk mainan. Kalau tidak percaya tanyakan ke petani lain,” ujar Mislan.
Dia menyebut, tidak hanya sawah atau kebun yang berada di wilayah Desa Kemiren saja, ada juga sawah dan kebun yang masuk wilayah Desa Kenjo, Tamansuruh dan Glagah. Meski datangnya saat petani tidak ada, namun jika terpergok oleh pemiliknya tidak jarang kera ini melakukan perlawanan.
“Selama ini, petani hanya bisa pasrah,” jelasnya.
Mislan menambahkan, kawanan kera ini lebih banyak menyerang area persawahan dan kebun yang berada jauh dari jalan raya. Sehingga petani yang sawah dan kebunnya berada dipinggir jalan atau dekat dengan tempat manusia beraktivitas tidak pernah diganggu kawanan kera ini.
“Kalau yang di pinggir jalan jarang diserang, banyak amannya. Tapi kalau sawah yang lokasinya di dalam seperti punya saya jadi langganan,” katanya.