Milenial: Saling Serang Debat Kedua Lebih Asyik
Debat putaran kedua antara capres nomor urut 01 Joko Widodo dan 02 Prabowo Subianto, telah usai dengan mengusung tema pangan, sumber daya alam (SDA), lingkungan dan infraktruktur yang berlangsung selama enam segmen.
Dalam debat putaran kedua ini, Komisi Pemilihan Umum tidak lagi memberikan kisi-kisi pertanyaan kepada kedua calon pasangan, membuat debat berlangsung lebih seru.
Hal ini setidaknya dirasakan oleh kaum milenial yang hadir pada nobar debat capres yang diselenggarakan Omah Jaman Now Surabaya. Salah satunya Mohammad Noval yang mengatakan debat kedua lebih seru dan tidak monoton.
"Dari debat pertama, ini lebih seru sih, kalau debat pertama monoton dan membosankan. Kalau yang kedua lebih beragam pertanyaanya ada vidio juga sebagai medianya, walaupun menurut saya masih belum keluar semua kemampuan mereka," ujar Mahasiswa jurusan elektro ITS ini.
Menurut pria 22 tahun ini, dari tema yang dibahas capres nomor urut 01 cenderung mengusai, pasalnya apa yang dikatakan menyertakan data serta didukung program yang sudah terlaksana.
"Meskipun apa yang dikatakan Probowo bagus juga sih, tapi menurut saya kurang meyakinkan saja jawabanya," kata Noval.
Untuk pilihan, Mohammad Noval mengaku masih belum menentukan pilihan karena masih ingin mengetahui debat-debat selanjutnya.
"Saya masih kubu netral belum menentukan pilihan. Lihat di debat-debat selanjutnya dulu," kata Noval.
Berbeda dengan Mohammad Noval, Benedictus Raflin, yang menyaksikan debat mulai awal hingga akhir di OJN mengungkapkan dirinya sudah mempunyai pilihan saat pemilu nanti.
"Pilihan sudah ada, tapi tetap mengikuti debat untuk mengetahui gagasan apa saja yang dimiliki kedua calon," ungkap mahasiswa jurusan ilmu komunikasi Untag Surabaya ini.
Menurutnya, debat kali ini lebih seru karena kedua kubu saling serang gagasan dan melontarkan apa setuju serta tidak setuju dari masing-masing pihak.
"Serang menyerang itu hal yang wajar ya dalam debat, dari situ kita bisa tau apa kelebihan dan kekurangan, kebenaran serta kesalahanya," kata Benedictus.
Advertisement