Begini Kata Pakar Epidemiolog Soal Pembebasan Masker di Indonesia
Pasca kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron di Inggris, Perdana Menteri Inggris mengumumkan pembebasan masker kepada seluruh warganya.
Menurut pakar Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D., hal tersebut lebih cepat dilaksanakan daripada Indonesia karena analisis puncak Omicron sudah mencapai tahap beres.
Inggris merupakan salah satu negara benua Eropa yang lebih dulu terpapar sebelum Indonesia. Sedangkan Omicron memiliki jangka waktu 1-2 bulan untuk mencapai puncak kasus tertinggi sejak pertama kali virus tersebut berada pada suatu negara.
“Mengenai hal itu, wajar saja jika Perdana Menteri Inggris mengumumkan pembebasan masker lebih cepat daripada Indonesia,” ungkapnya. Lantas Bagaimana Dengan Indonesia?
Mengenai hal tersebut, Laura menuturkan, berdasarkan analisis dari Kementerian Kesehatan, Indonesia akan mencapai puncak pada akhir Februari mendatang, namun masih butuh pemantauan lebih lanjut. “Mengapa? Karena Omicron memiliki potensi penyebaran lebih tinggi daripada delta,” tuturnya.
Laura menjelaskan, pembebasam masker di Indonesia belum bisa diterapkan mengingat kasus tertinggi masih belum terjadi.
"Kalaupun sudah terjadi, sangat dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan," kata Laura.
Menurut analisisnya, kecil kemungkinan tidak terdapat varian baru setelah Omicron, sebisa mungkin masyarakat tetap menjalankan prokes dengan baik.
Bahkan, Ia juga sangat menyayangkan apabila kebijakan pembebasan masker diberlakukan dan protokol kesehatan dicabut begitu saja. Pasalnya, varian baru ini datang dari benua Afrika dan berakhir marak di benua Eropa.
"Jka protokol kesehatan dibebaskan disalah satu negara dan apesnya timbul varian baru setelah dilaksanakan kebijakan tersebut. Maka secara tidak langsung akan berdampak pada negara-negara sekitarnya," terangnya.
Laura juga menyebut, jika cakupan vaksinasi Inggris terkenal sangat tinggi sebelum terjadinya gelombang Omicron. Namun, benteng pertahanan itu pun jebol dengan varian baru tersebut. Artinya, gelombang varian ini tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, mematuhi protokol kesehatan tetap perlu dilakukan.
“Bukan berarti kita harus melaksanakan protokol ini seumur hidup, tapi akan ada saat yang lebih tepat. Toh, melaksanakan protokol kesehatan tidak ada ruginya,” ungkapnya.
Namun, untuk dapat melewati masa pandemi tanpa kekhawatiran sedikit pun, Laura mengingatkan, tidak ada salahnya melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan demi kenyamanan bersama.
Begitu pula dengan Inggris, ada kemungkinan Inggris tidak serta-merta membebaskan pemakaian masker begitu saja. Harapannya, negara tersebut tetap melaksanakan pemantauan melalui 3T (testing, tracing, dan treatment).
“Meskipun begitu, setiap negara memiliki regulasinya masing-masing. Ada peraturan yang sesuai jika diterapkan di Indonesia, dan begitu pula sebaliknya,” tandasnya.