Kata KH Ma'ruf Khozin Aswaja NU Soal Poligami Zahra Indosiar
Sinetron Zahra di Indosiar menuai hujatan para netizen. Ulama NU, KH Ma'ruf Khozin juga ikut menyampaikan kritik atas sinetron yang disebut mengkomersilkan ide poligami. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun meminta agar Indosiar mengubah alur cerita serta mengganti pemeran anak dalam kisah tersebut.
Kata Ketua Aswaja NU Jatim KH. Ma’ruf Khozin
Kepada Ngopibareng.id, Ketua Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur, KH. Ma’ruf Khozin menekankan jika ide tentang poligami tidak untuk dikomersilkan. Sebab menurutnya, melakukan poligami sangat berat dan banyak mudharatnya jika tidak berhati-hati.
Pertunjukan poligami dikhawatirkan memberikan kesan yang salah pada pemirsa. Akan ada banyak rumah tangga yang hancur, dan masa depan anaknya hilang. “Kalau ada orang ingin poligami ukurannya sekarang banyak rumah tangga yang rusak. Sekali lagi tidak semua orang bisa dan mampu,” katanya, kepada Ngopibareng.id.
Poligami Jangan Dibuat Bisnis
Ulama kharismatik KH Ma'ruf Khozin juga melanjutkan jika poligami tak seharusnya digunakan untuk menambang keuntungan. Baik dalam bentuk pertunjukan pun komunitas yang menyediakan pelatihan untuk sukses poligami.
Khusus untuk sinetron Zahra, ia berharap agar sinetron yang tayang di Indosiar itu bisa diganti alur kisahnya. Sebab kisah poligami serta pedofil dalam Zahra akan membahayakan jika dijadikan inspirasi untuk pemirsanya.
“Kalau bisa cerita sinetron berpoligami itu diganti saja. Itu tidak untuk semua orang. Dampaknya lebih buruk. Ada satu dua orang sukses poligami, tapi yang gagal jauh lebih banyak”, katanya.
Poligami Tak Sesuai untuk Indonesia
KH Ma'ruf Khozin melanjutkan, kisah poligami dalam sinetron Zahra, akan sangat banyak mudharat dibanding manfaatnya, jika dilakukan di kehidupan nyata.
Sejumlah dampak buruk berupa konflik dalam rumah tangga, seperti rebutan harta gono-gini, konflik antara istri tua, istri muda, dan anak, juga konflik psikis antara istri tua dan istri muda.
Menurut KH. Ma'ruf Khozin, poligami juga tak sesuai dengan budaya di Indonesia. Ini menurutnya berbeda dengan kultur di Arab, di mana banyak keluarga yang melakukan praktik poligami. Sehingga akan lebih banyak kerugian jika praktik ini dilakukan di Indonesia. “Kalau di Arab suasana orang poligami lebih banyak, jadi tidak terlalu berat. Berbeda dengan di Indonesia, alangkah baiknya monogami saja,” imbaunya.
KPI Minta Indosiar Ganti Kisah Zahra
Komisi Penyiaran Indonesia turun tangan dalam polemik poligami dan pedofil di kisah sinetron Zahra yang tayang di Indosiar. KPI melakukan pertemuan dengan Indosiar sebelumnya.
Pada pertemuan tersebut, pihak Indosiar mengakui kesalahannya telah merekrut pemain sinetron berusia 15 tahun untuk memerankan lakon orang dewasa dalam Zahra.
Pihak Indosiar juga disebutkan menerima saran dari KPI, untuk mengubah alur cerita dalam Zahra dan mengganti pemain yang berusia anak-anak di dalamnya.
"Pihak Indosiar menerima apa yang disampaikan KPI dan menyampaikan komitmennya untuk mengevaluasi pemeran dan berkomitmen mengganti pemeran dalam sinetron Suara Hati Istri: Zahra," kata Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan, Nuning Rodiyah dalam keterangannya kepada media, dikutip Jumat, 4 Juni 2021.
KPI juga mengimbau kepada staisuin televisi yang lain untuk ikut belajar dari pengalaman yang dialami Indosiar. "Kita tentu berharap, sinetron tidak menyebarluaskan praktik hidup yang dapat merugikan kepentingan anak Indonesia. KPI akan berupaya terus mendengarkan masukan publik terkait tayangan televisi yang ada di Indonesia," tandasnya. (Ngo/Bsa)