Kata-Kata Kita seperti Pohon, Ini Kegelisahan Imam Al-Ghazali
Bila seseorang mengucapkan hal-hal yang baik dan dengan cara yang baik kepada orang lain, maka kebaikan itu kembali kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya, jika dia berbuat buruk (kepada orang lain) maka dia sedang berbuat buruk kepada dirinya sendiri.
Pesan indah KH Husein Muhammad, ulama yang dikenal sebagai aktivis, memberikan gambaran pelajaran kepada kita selama ini. Ketika dunia telah dikuasi informasi di media social sehingga menjadikan kondisi gaduh di masyarakat.
Betapa indahnya ayat suci Al-Quran memberikan "tamtsil" ini :
"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan ini: kata-kata/ucapan yang baik bagaikan pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (Pohon) itu menghasilkan buah setiap waktu, atas perkenan Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat".(Q.S. Ibrahim, 24-25).
Dan perumpamaan ucapan/kata-kata yang buruk bagaikan pohon yang buruk. Yang akar-akarnya telah tercerabut dari tanah, ia pohon yang rapuh ". (Q.S. Ibrahim, 26).
Kegelisahan Imam Al-Ghazali
Imam al-Ghazali menyampaikan kegelisahan atas realitas masyarakat pada masanya:
قال الامام الغزالى : لقد صارعلم الدين الحقيقى مندرسا .ومنار الهدى فى أقطار الارض منطمسا. ولم يبق الاعلم الفتوى فى الاحكام الظاهرة او الجدل للمباهاة والغلبة والافحام او السجع المزخرف يتوسل به الواعظ الى استدراج العوام.
"Sungguh, pengetahuan agama yang sejati telah lenyap. Cahaya petunjuk jalan lurus di seluruh pelosok bumi telah redup. Yang tersisa hanyalah fatwa hukum-hukum formal, atau perdebatan untuk kebanggaan diri, mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara, atau permainan kata-kata yang penuh pernak-pernik, meliuk-liuk, yang digunakan oleh “sang juru bicara agama” untuk meninabobokan publik awam".
فأما علم طريق الاخرة وما درج عليه السلف الصالح مما سماه الله فى كتابه فقها وحكمة وعلما وضيآء ونورا وهداية ورشدا فقد اصبح من بين الخلق مطويا وصار نسيا منسيا.
"Sementara itu, pengetahuan esoterik/spiritual yang menuntun jalan kepada kehidupan abadi di akhirat, dan pengetahuan yang ditempuh para ulama “al-salaf al-saleh”, (orang-orang saleh masa lalu), yang disebut oleh Tuhan sebagai “pengetahuan tentang hak dan kewajiban”, kebijaksanaan (wisdom), ilmu, cahaya dan petunjuk jalan, telah tak berarti dan dilupakan orang”.
Pernyataan Imam al-Ghazali di atas memperlihatkan kepada kita betapa para ulama masa lalu mempunyai pikiran terbuka, mengapresiasi filsafat, dan berbagai ilmu pengetahuan, bukan hanya fikih, dari peradaban manapun.
Demikian pesan Islam disampaikan KH Husein Muhammad. Semoga menjadi pelajaran bagi kita sekalian.