Kasus Penganiyaan Batita oleh Ayah Tiri, Ini Kata Psikolog
Kasus kekerasan yang dipraktikkan Ery Age Setiawan, usia 36 tahun, yang tega membunuh anak tirinya sendiri Agnes Arlita, yang masih batita dengan cara menganiaya korban sampai meninggal dunia mengundang keprihatinan banyak pihak, termasuk pakar psikologi dari UIN Maliki Malang, Fuji Astutik.
Ia menjelaskan, masalah ekonomi kemungkinan bisa menjadi motif pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka. Pasalnya, untuk melampiaskan stress tersebut, menurut Fuji, membutuhkan defense mechanism atau cara mempertahankan diri dari stress.
"Defense mechanism itu banyak jenisnya. Dalam kasus ini tersangka memakai jenis displacement defense, yaitu cara melampiaskan apa yang dirasakan kepada obyek yang berbeda. Dalam hal ini kepada anaknya. Apalagi dia kerja serabutan dan sendirian di rumah karena istrinya bekerja," ujar lulusan master psikologi tersebut.
Apalagi menurut Fuji displacement defense cenderung memilih obyek yang lebih lemah sebagai korban pelampiasan.
"Anak umur tiga tahun tidak akan melawan. Apalagi dia sehari-hari bertugas menjaga anaknya. Ketika ada masalah, maka dengan mudah ia akan melampiaskan ke anaknya," tuturnya.
Maka itu, Fuji mengimbau agar sebaiknya Ery dirujuk ke psikolog agar tidak memakan korban lain.
"Masalah ekonomi bisa menjadi tekanan buat seseorang yang menyebabkan stress. Jika stress berkepanjangan dan tak tertangani. Stress yang terus tertimbun bisa menyebabkan seseorang kehilangan kontrol emosi. Nah, ketika ada percikan masalah, biasanya akan reaktif dan kehilangan kendali," ujarnya pada Jumat 1 November 2019.
Seperti diberitakan oleh Ngopibareng.id sebelumnya, tersangka Ery menganiaya anak tirinya lantaran buang air besar di celana.
Karena kesal, Ery mengguyur tubuh korban dengan air, lalu menendang perut dan punggung, serta membakar telapak kaki korban di atas kompor yang membara.
Dari hasil otopsi jenazah kepolisian menemukan pendarahan di bagian lambung dan usus serta luka bakar di bagian kaki korban.
Benar saja, dari keterangan Kapolresta Malang, Dony Alexander, kemungkinan besar motif ekonomi jadi penyebab tersangka melakukan penganiayaan, karena ia bekerja serabutan.
Selain itu, ungkap Dony, gangguan mental yaitu psikopat bisa menjadi motif lain tersangka untuk melakukan kekerasan di luar kesadarannya. Sebab ketika ditanya, Ery tidak merasa bersalah sama sekali.