Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi Mulai Disidangkan di Turki
Hari ini, Jumat 3 Juli 2020 pengadilan di Turki mulai menyidangkan kasus pembunuhan jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi.
Jamal Khashoggi yang jadi kolumnis Washington Post berusia 59 tahun, dibunuh di dalam kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul 2 Oktober 2018. Dia diketahui wasuk konsulat untuk mengurus dokumen keimigrasian, tetapi tak pernah keluar lagi. Di luar konsulat, tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz tetap menunggu hingga tengah malam.
Pengadilan Turki akan membuka sidang dengan 20 warga negara Arab Saudi yang dijadikan terdakwa in absentia. Persidangan digelar di pengadilan utama provinsi Istanbul di distrik Caglayan pukul 10:00 waktu setempat atau pukul 14.00 WIB, siang ini, kata seorang pejabat di kantor kejaksaan Istanbul, kepada Al Jazeera.
Para pejabat Turki mengatakan tubuh Khashoggi dipotong-potong di konsulat oleh para pembunuh dan jenazahnya hingga kini belum ditemukan.
Pada bulan Maret, jaksa penuntut Turki mendakwa 20 warga negara Saudi atas pembunuhan Khashoggi, termasuk dua mantan pembantu senior Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS), penguasa de facto kerajaan.
Dakwaan
Menurut surat dakwaan itu, mantan wakil kepala intelijen Arab Saudi Ahmed al-Assiri dituduh membentuk tim pembunuh dan merencanakan pembunuhan jurnalis, yang bersikap kritis terhadap Kerajaan Arab Saudi.
Mantan pejabat pengadilan kerajaan dan penasihat media, Saud al-Qahtani, dituduh menghasut dan memimpin operasi dengan memberikan perintah kepada tim pembunuh.
Tersangka lain terutama adalah seorang perwira Saudi yang diduga mengambil bagian dalam operasi pembunuhan. Para jaksa penuntut Turki telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk para tersangka.
Andrew Gardner, peneliti senior Turki dari Amnesty International yang berbasis di Inggris, mengatakan ada harapan persidangan akan menjelaskan bukti baru dan juga memperdalam bukti yang sudah dimiliki kejaksaan Turki.
"Persidangan ini dan upaya-upaya lain oleh pihak berwenang Turki penting dalam menjaga agar terbunuhnya Jamal Khashoggi tidak terlupakan," kata Gardner kepada Al Jazeera.
"Pengadilan ini bukan pengganti untuk penyelidikan internasional yang dilakukan PBB. Tetapi mudah-mudahan pengadilan di Turki ini akan menjadi batu loncatan untuk memastikan penyelidikan oleh PBB bisa dilakukan. karena itu pengadilan di Turki ini sangat penting dan berharga," tambahnya.
Pembunuhan Khashoggi, yang juga tercatat sebagai warga negara AS, memicu kecaman dari seluruh dunia terhadap Arab Saudi, dan menyebabkan menurunnya citra Putra Mahkota Mohamed Bin Salman atau MBS.
CIA dilaporkan menyimpulkan bahwa putra mahkota memerintahkan pembunuhan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh pemerintah di Riyadh.
Agnes Callamard, pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang eksekusi di luar hukum, dalam laporan investigasi yang diterbitkan pada Juni 2019 juga menemukan "bukti yang dapat dipercaya" bahwa MBS dan pejabat senior Saudi lainnya bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Callamard juga diharapkan akan hadir di persidangan di Turki.
Pemerintah Saudi menyebut pembunuhan itu sebagai "operasi jahat" setelah berulang kali menyangkal keterlibatan dalam insiden itu selama berminggu-minggu.
Hubungan Ankara dengan Riyadh berada pada titik buruk setelah terbunuhnya Jamal Khashoggi yang secara pribadi kenal dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan mengatakan pembunuhan itu diperintahkan pada "tingkat tertinggi" pemerintah Saudi.
Pada bulan Desember, pengadilan di Arab Saudi dilaporkan menjatuhkan hukuman mati lima orang dan tiga hukuman penjara atas pembunuhan setelah pengadilan yang berlangsung di balik pintu tertutup.
Menurut Andrew Gardner dari Amnesty International, masalah utama dalam menyelidiki pembunuhan Khashoggi adalah kurangnya kerja sama oleh pihak berwenang Saudi dan tidak adanya orang yang dituduh.
"Karena itu makin diperlukan adanya penyelidikan internasional yang dilakukan PBB, agar ada kerja sama semua pihak, termasuk pemerintah Turki dan Saudi untuk berbagi semua barang bukti yang mereka miliki," katanya.
Pada bulan Mei tahun lalu muncul rumor bahwa ketiga putra Jamal Khashoggi telah berdamai dengan Mohamed Bin Salman, dan masing-masing telah menerima kompensasi uang sekitar Rp 60 miliar serta kompensasi bulanan dari Kerajaan Aarb Saudi.
Rumor itu dibantah oleh Salah Khashoggi, putra tertua dan satu-satunya dari tiga anak Jamal yang masih tinggal di Arab Saudi. Tapi Salah juga telah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keluarganya telah memaafkan pembunuh ayahnya. (nis)