Kasus Demam Berdarah di Bojonegoro Kembali Melonjak
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menyasar di Desa Sukorejo Kecamatan Kota Bojonegoro. Kasusnya melonjak hingga 60 penderita. Data ini tercatat dalam dua pekan terakhir. Kasus ini mengejutkan warga kota mengingat pertengahan bulan Maret ini, jumlah penderita mengalami penurunan.
Menurut Camat Kecamatan Kota Bojonegoro Moeclisin Andi Irawan, kasus DBD diakui melonjak drastis. Dalam laporan Puskesmas Campurejo Kecamatan Kota Bojonegoro, dua pekan terakhir, kasusnya meningkat.
"Kita kaget kasusnya naik lagi, setelah sebelumnya menurun," tegasnya di acara Cangkrukan di Kantor Kelurahan Klangon, Kecamatan Kota Bojonegoro, Selasa 29 Maret 2022.
Moechlisin Andi Irawan menyebutkan, meski mengalami kenaikan tajam pihak Pemerintah Bojonegoro belum menyatakan Kejadian Luar biasa alias KLB. Alasannya, pihaknya dan jajaran kesehatan terus antisipasi pencegahan dan penurunan kasus.
"Kita cepat turun tangan," tandasnya.
Sebagai catatan, meski Sukorejo berada di tengah kota, status pemerintahannya adalah desa. Desa ini juga tercatat sebagai daerah terpadat di seluruh Bojonegoro. Lokasinya membentang dari utara hingga selatan dengan jumlah penduduk lebih dari 13.000 orang.
Untuk mengantisipasi penyebaran DBD, pihak Kecamatan Kota Bojonegoro melakukan beberapa tindakan pencegahan. Seperti membagikan bubuk abate, kerja bakti massal hingga fogging di lingkungan rumah yang warganya terjangkit DBD. "Kita terus tekan penularan DBD," imbuh Camat Moeclisin Andi Irawan.
Data di RSUD dr Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro menyebutkan, Kasus DBD di Kabupaten Bojonegoro menurun pada pertengahan Maret 2022 lalu. Meski demikian butuh kewaspadaan mengingat cuaca labil, panas dan hujan potensi berkembangnya nyamuk aides aegepty.
Humas RSUD dr Sosodoro Djatikusumo, Bojonegoro Thomas Djaja, kasus DBD di Bojonegoro cenderung menurun. Tetapi hal ini jangan membuat masyarakat untuk lengah. "Harus terus waspada," ujarnya pada Ngopibareng.id, beberapa waktu lalu.
Thomas Djaja merujuk data kasus penderita DBD yang dirujuk di RSUD selama tiga bulan terakhir yang relatif tinggi meski kemudian turun. Untuk bulan Januari sebanyak 83 kasus di mana enam orang meninggal.
Lalu bulan Februari sebanyak 63 orang dan satu meninggal. Sedangkan pertengahan bulan Maret sebanyak 12 orang. Jika ditotal ada tujuh orang meninggal dalam 2,5 bulan lalu akibat DBD.
"Cuaca yang hujan dan tiba- tiba panas, harus rutin diawasi," imbuhnya.
Pihak RSUD Bojonegoro meminta jika ada warga yang mengalami gejala klinis seperti panas tidak turun, segera ke dokter atau rumah sakit. Karena dalam beberapa kasus, warga yang terjangkit DBD dan meninggal, karena kondisinya sudah grade 3-4 atau pasien kritis.
Sementara itu di Puskesmas Nusa Indah di Kecamatan Kota Bojonegoro, pada awal hingga pertengahan Maret, tetap ada pasien DBD. Tapi jumlahnya menurun dibanding bulan sebelumnya.
"Ya menurun," ujar petugas pengolah data yang tak mau disebut namanya.
Untuk pencegahan DBD Dinas Kesehatan Bojonegoro mengoptimalkan petugas medis baik itu di Puskesmas atau Polindes. Lalu Dibentuk simpul-simpul di RT/RW, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang melibatkan masyarakat.