Kasus DBD Meningkat, Warga Banyuwangi Diminta Lakukan 3M
Musim hujan yang tidak menentu memicu peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Banyuwangi. Dalam beberapa hari terjadi jumlah warga Banyuwangi yang terserang DBD meningkat. Meski jumlahnya masih relatife lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat menyatakan, beberapa hari terakhir mulai ada peningkatan kasus penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini. “Tapi dibanding tahun kemarin, masih dibawah bulan yang sama tahun kemarin,” jelasnya.
Sesuai data dari Dinas Kesehatan Banyuwangi, pada Januari 2023 jumlah kasus DBD mencapai 45 kasus. Angka ini sedikit lebih rendah dibanding tahun 2022 yakni sebanyak 47 kasus. Untuk bulan Februari 2023 tercatat 14 kasus. Terpaut 21 kasus dengan Februari 2022 yang mencatat 35 kasus.
Amir meminta seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Terutama di musim hujan yang tidak menentu ini. Di mana hujan yang turun terjeda dengan panas selama beberapa waktu. “Yang seperti ini menjadi situasi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti tumbuh optimum,” terangnya.
Ketika musim hujan, menurutnya, tempat penampungan air itu terisi. Kemudian pada saat panas atau terang, tempat itu menjadi hangat. Pada suhu 20 derajat celcius, lanjutnya, nyamuk aedes aegypti sangat optimum untuk berkembang biak. “Saya harap 3M bisa digerakkan di seluruh lapisan masyarakat. Yakni Menguras, Menutup dan Membersihkan (3M) tempat penampungan air,” jelasnya.
Dia menegaskan, 3M ini cukup dilakukan sepekan sekali saja. Karena masa perkembangbiakan nyamuk dari menetas sampai bisa terbang itu hanya 8 hari. Sehingga jika sarangnya dikuras, nyamuk ini tidak bisa berkembang biak, tidak bisa menjadi nyamuk dewasa.
Lebih jauh dijelaskan, seluruh penampungan air harus dikuras. Kemudian tempat penampungan air itu harus ditutup supaya tidak dihinggapi nyamuk aedes aegypti dan dibersihkan. Karena biasanya di musim hujan ada sampah, ada ban bekas, botol bekas yang rawan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. “Kita akan mengaktifkan kembali di setiap hari Jumat gerakan 3M ini,” tegasnya.
Gerakan 3M ini, lanjutnya, sebenarnya bagian dari upaya pemberantasan sarang nyamuk yang bisa dilaksanakan hanya dalam waktu cukup 60 menit saja setiap hari Jumat. Diapun mengimbau kgerakan 3M ini bisa dilaksanakan secara masif di seluruh wilayah.
“Kita juga akan membagikan abate. Kalau penampuangan air tidak bisa dikuras maka cukup diberikan abate. Dan itu gratis di seluruh Puskesmas,” bebernya.