Kasus DBD dengan 18 Meninggal, Kemenkes Datangi Probolinggo
Tingginya angka Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo menjadi perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes yang diketuai dr. Asik Surya mendatangi Kabupaten Probolinggo, Jumat, 10 November 2023.
"Kami menerima laporan, kasus DBD di Kabupaten Probolinggo sangat tinggi, ada kematian sebanyak 18 orang,” kata dr. Asik saat mengunjungi di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton.
Ia pun sengaja mendatangi Kecamatan Paiton, sebab kasus DBD tertinggi di Kabupaten Probolinggo berada di Kecamatan Paiton. Terlebih di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, terdapat pesantren besar dengan ribuan santri yang perlu mendapatkan perhatian pencegahan DBD.
"Kami akan menjadikan daerah sini (Karanganyar) sebagai pilot project bagi daerah lain. Dengan kasus yang tinggi bisa ditekan sekecil mungkin," kata dr. Asik.
Salah satu tindakan yang akan diterapkan di Karanganyar dengan terus mengedukasi warga pentingnya memeriksa sejumlah titik yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk seperti, kamar mandi, dispenser, bahkan kulkas perlu dibersihkan rutin.
Sisi lain, Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah mengeluarkan instruksi untuk Gerakan Bersama Tebas Jentik. “Gebrakan ini kami dukung dan terus kami pantau,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica mengatakan, hingga Jumat, 10 November 2023, sudah ada 614 kasus DBD. Dari jumlah tersebut, 18 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
"Pemerintah terus berkomitmen mengatasi DBD. Bahkan, Pj Bupati sudah mengeluarkan instruksi Gema Tjantik atau Gerakan Bersama,” kata dr. Viro, panggilan akrab dr. Dewi Vironica.
Terkait desanya menjadi serangan hebat DBD, Kepala Desa Karanganyar, Kecmatan Paiton, Mahfud mengatakan, hingga kini di desanya sudah ada 15 warga yang terjangkit DBD, seorang di antaranya meninggal dunia.
Bahkan di salah satu pesantren yang ada di desa tersebut, sebanyak 215 santrinya telah terserang DBD. "Itu data dari bidan desa, makanya saat ini kami bentuk Jumantik atau Juru Pemantau Jentik. Satu RT ada 10 Jumantik," katanya.
Advertisement