Kasus Covid-19 Naik, Banyuwangi Aktifkan Isolasi Terpusat
Merespon peningkatan kasus harian Covid-19 di Banyuwangi, Satgas Penanganan Covid-19 Banyuwangi kembali mengaktifkan tempat isolasi terpusat bagi pasien terkonfirmasi yang masuk kategori tanpa gejala klinis. Lokasinya di gedung Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Negara (ASN), Desa Tamansari, Kecamatan Licin.
Pada pertengahan 2020, gedung Balai Diklat sebenarnya telah difungsikan sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien cobid-19 yang tidak memiliki gejala klinis atau biasa disebut orang tanpa gejala (OTG).
Karena beberapa waktu lalu kasus covid-19 melandai, gedung ini difungsikan sebagai karantina Pekerja Migran Indonesia yang tiba di Banyuwangi. "Kami fungsikan kembali sebagai pusat isolasi bagi OTG, dan mereka yang bergejala ringan Covid-19," jelas Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.
Ipuk menambahkan, Forkopimda juga meminta kecamatan dan desa secara bertahap untuk menyediakan tempat isolasi terpusat di wilayahnya masing-masing. Karena pasien Covid-19 yang tidak memiliki gejala klinis signifikan cukup melakukan isolasi terpusat
"Saat ini kasus aktif Covid-19 secara nasional terus meningkat, termasuk Banyuwangi. Untuk menahan laju penyebarannya, kami akan mengimbau dengan sangat agar semua OTG yang bergejala ringan bersedia menjalani isolasi di tempat yang telah kami sediakan," ujarnya.
Ibarat memisahkan minyak dan air, memisahkan yang terpapar dengan yang sehat. Dengan isolasi terpusat, bisa meminimalisir penularan Covid-19. Isolasi mandiri di rumah, kadang kurang disiplin. Atau karena kondisi rumah yang tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri, namun memaksa isolasi di rumah sehingga akhirnya menulari yang lain.
“Di lokasi isolasi terpusat, kesehatan juga lebih terpantau dengan baik karena ada tenaga kesehatan yang memantau. Misalnya ada oximeter untuk mengukur kadar oksigen. Kalau isolasi mandiri kan belum tentu setiap warga punya oximeter,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, dokter Widji Lestariono mengatakan, gedung Balai Diklat bisa menampung 85-100 orang. Untuk para pekerja migran yang baru datang dan harus karantina, bukan karena positif, dialihkan ke Gedung Atlet.
Dalam menjalani masa isolasi, para pasien OTG harus dalam keadaan fresh, baik kondisi tubuhnya pun pikirannya. Oleh sebab itulah, ada sejumlah fasilitas yang disiapkan oleh satgas bagi pasien OTG. Mulai dari kamar yang bersih, fasilitas olahraga, Wi-FI, dan lain sebagainya.
Rio menambahkan, dalam setiap aktivitas yang dilakukan pasien OTG diberlakukan protokol kesehatan ketat, termasuk seluruh petugas yang berjaga di sana. Tujuannya, agar mereka tidak menjadi sumber penularan baru covid-19.
“Gedung Diklat dijaga ketat oleh petugas gabungan dari TNI-Polri, BPBD, dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam,” tegasnya.