Kasus Covid-19 Meningkat, Paling Banyak Warga Luar Surabaya
Kasus konfirmasi positif Covid-19 di Surabaya terus meningkat. Sampai hari ini, Sabtu, 29 Januari 2022 kasus aktif di Surabaya sebanyak 191 orang.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi menyebut peningkatan kasus ini akibat riwayat perjalanan luar kota. “Kasus Covid-19, rata-rata yang non (warga luar) Surabaya, ada 30 sampai 40 orang,” kata Eri.
Ia mengungkapkan, hampir 50 persen yang terpapar adalah orang yang telah memiliki riwayat perjalanan luar kota. Menurutnya, orang-orang yang berada di Kota Surabaya tidak hanya melakukan aktivitas di dalam kota saja, melainkan juga melakukan aktivitas pekerjaan di luar kota.
“Ada yang ke luar kota lalu kembali (pulang) sakit, tapi yang kita lihat adalah ternyata dampaknya alhamdulillah tidak sampai parah dan sembuhnya langsung cepat,” ungkap dia.
Oleh karena itu, ia meminta peran Satgas Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo untuk melalukan screening terhadap warga yang baru melakukan perjalanan ke luar kota agar tidak semakin menyebar.
Apabila ada warga yang terpapar akan segera dilakukan karantina di Hotel Asrama Haji (HAH). Namun, apabila kondisi pasien semakin memburuk dan membutuhkan perawatan, maka akan langsung dirujuk ke rumah sakit.
Meski terjadi kenaikan angka kasus Covid-19, Eri tetap berkomitmen untuk menjaga asesmen Kota Surabaya level 1. Bagi dia, hal ini merupakan tugas penting untuk mengamankan seluruh warga Kota Surabaya.
“Kita menjaga BOR (Bed Occupancy Rate) dan ada 3T (Tracing, Testing, Treatment). Walaupun kasus positif naik, kita masih tetap mempertahankan Surabaya level 1 dan tetap menjaga protokol kesehatan,” tegas dia.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini meminta kepada seluruh warga Kota Surabaya untuk tidak khawatir. Sebab, sejak awal pihaknya terus berusaha untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Kota Surabaya.
"BOR kita saat ini juga 1,92 persen. Kalau kita ini kurang dari 60 persen, maka kita ini dikatakan level 1. Berarti masih banyak (bed), karena setiap rumah sakit diwajibkan menyediakan tempat tidur untuk Covid-19," jelas dia.
Selain itu, ia juga meminta kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk melakukan tracing dengan perbandingan minimal 1:23. Menurut dia, apabila terjadi kenaikan, hal ini terjadi karena pihaknya melakukan tracing secara massif untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Semakin banyak tidak apa-apa, kita obati. Tapi kalau kita terlambat dan tidak melakukan tracing tepat dan testing yang cepat, maka ini akan menjadi bom waktu," kata dia.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Eri tak ingin terjadi lonjakan kasus Covid-19, seperti saat varian Delta masuk ke Kota Surabaya.
"Tidak ada swab hunter, swab massal, dan tidak ada testing yang massif, akhirnya meledak. Ini yang saya tidak mau, sekarang kita masifkan testing dan tracing, nanti baru setelah itu baru kita treatment," terang dia.
Di sisi lain, mengenai perkiraan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pada Februari dan Maret mendatang, ia telah menyiapkan strategi. Salah satunya adalah membatasi tempat-tempat keramaian di Kota Surabaya, seperti wisata Jalan Tunjungan.
Sebelum penerapan pembatasan tersebut, ia mengungkapkan, saat ini pihaknya sedang melakukan asesmen, dengan harapan pada awal Februari pembatasan pengunjung bisa segera diterapkan.
Advertisement