Kasus Covid-19 dengan Komorbid Terbanyak di Surabaya
Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya terus melakukan analisa dan evaluasi penyebaran kasus Covid-19 yang terjadi di Kota Pahlawan. Hasil analisa terhadap 200 sampel kasus Covid-19 yang diambil mulai 18-24 Januari 2021 terbanyak adalah kasus dengan penyakit penyerta atau komorbid.
Kasus covid-19 dengan komorbid mencapai 31 persen, kemudian diikuti kontak keluarga 26 persen, klaster perkantoran 18,5 persen, riwayat bepergian luar kota 10 persen, kerumunan 7,5 persen, pekerja di rumah sakit 5 persen, dan persyarat perjalanan 2 persen.
Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, yang menjadi perhatian adalah banyaknya kasus tak lepas dari penerapan protokol kesehatan yang minim. Terutama ketika di rumah.
"Sehingga, meski di posisi kedua, klaster keluarga masih dominan. Urutan penularannya bisa jadi anak muda keluyuran, nongkrong, lalu pulang ke rumah ketemu orangtua yang lanjut usia plus kormobid, akhirnya menular," ujar Irvan, Senin 25 Januari 2021.
Hanya saja, Irvan tak menyebut secara detail terkait kasus komorbid yang paling banyak terjadi di Kota Surabaya.
Setelah klaster keluarga kata Irvan, yang juga perlu mendapat perhatian adalah cukup banyaknya kasus di tempat kerja. Sehingga, para pimpinan perkantoran harus melakukan upaya lebih agar para pegawai mematuhi protokol kesehatan.
"Karyawan perkantoran atautempat kerja yang kesehatannya menurun atau menunjukan salah satu gejala Covid-19 diizinkan untuk tidak masuk kerja sampai dengan kesehatannya pulih," katanya.
Satgas Covid-19 Surabaya mengimbau kepada masyarakat yang merasa kesehatannya menurun atau merasa tidak enak badan secara tiba-tiba untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Satgas juga merekomendasi, perlu adanya pengetatan persyaratan terkait dengan pelaksanaan isolasi mandiri di rumah, dikarenakan terdapat banyak kasus yang terjadi akibat kontak erat dari keluarga yang terkonfirmasi Covid-19
"Penguatan Kampung Wani Jogo Suroboyo untuk memonitor warganya yang baru saja bepergian dari luar kota atau negeri perlu dilakukan. Perlu juga dilakukan penanganan cepat atau tracing untuk kontak erat pasien terkonfirmasi agar pemutusan mata rantai Covid-19 dapat terkendali," katanya.