Kasus Alergi Naik, Perdoski Bahas Lewat Simposium di Surabaya
Alergi masih menduduki urutan pertama masalah kulit yang banyak dialami anak dan perempuan di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter Fitri Abdullah Jawas.
Melihat permasalahan ini dan beberapa masalah terkait kulit dan lewat, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) mengadakan simposim dan dry workshop "Women's Dermatology Veneroly" yang diikuti ratusan dokter.
Acara yang diselenggarakan selama 3 hari ini, mulai 19 hingga 21 Januari 2023 ini akan membahas berbagai penyakit kulit dan kelamin hingga yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.
"Di sini akan mendalami dari sisi ilmiah terkait penyakit kulit dan kelamin dari bayi sampai perempuan dewasa. Kami mengundang para ahlinya untuk memberikan update dan mencerahkan kami (para dokter), bahkan juga ada pembicara terkait kesehatan jiwa," ujar ketua panitia acara, dokter Fitri Abdullah Jawas, Kamis, 19 Januari 2023.
Menurutnya, peningkatan penyakit alergi juga diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke dokter. "Terbanyak kasus alergi, tetap menduduki peringkat pertama. Tapi ini juga karena kesadaran dari masyarakat untuk periksa ke dokter," papar dokter Fitri.
Ia pun menjelaskan, penyebab alergi bisa multifaktoral dari mulai genetik, cuaca hingga makanan. Rata-rata gejalanya gatal kemerahan. "Untuk tahu penyebabnya tentu saja harus dilakukan pemeriksaan dan analisa lebih mendalam, terkait makanan yang dikonsumsi sebelumnya dan lainnya," terang dokter Fitri.
Jika alergi terjadi badan atau kulit wajah pada wanita, ujar dokter Fitri juga banyak terjadi akibat kosmetik. Pihaknya berharap adanya acara tersebut, dapat meningkatkan ilmu para dokter, khususnya dibidang kulit dan kelamin. "Kalau ilmunya ter-update tentu diharapkan akan semakin baik melayani masyarakat," imbuhnya.
Di samping itu, Ketua Dekranasda Jawa Timur (Jatim) Arumi Bachsin yang ikut hadir dalam acara meminta agar para dokter bisa menyebarluaskan ilmunya lewat sosial media.
"Dengan perkembangan teknologi sosial media saat ini, jangan sampai yang muncul hanya iklan kosmetik tanpa diketahui efek sampingnya. Informasi di media sosial harus seimbang, diharapkan dari para dokter," kata Arumi ditemui di tempat yang sama.