Kasada, Puluhan Warga Berburu ‘Ongkek’ di Tubir Kawah Bromo
Yadnya Kasada di kalangan warga Tengger di kawasan Gunung Bromo yang dipamungkasi dengan larung sesaji ke kawah gunung disambut gegap gempita puluhan warga, Kamis dini hari, 16 Juni 2022. Mereka berburu ongkek atau sesaji berupa hasil bumi dan ternak yang dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.
Larung sesaji selain berdimensi ritual (pengorbanan) warga Tengger, juga berdimensi sosial bagi warga setempat. Puluhan warga berebut sesaji di kawah berapi setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut.
Tentu butuh kekuatan adrenalin untuk bisa menangkap sesaji yang dilempar ke dalam kawah. Sebab mereka harus bertumpu di kemiringan terjal dinding kawah. Risikonya, mereka bisa tergelincir dan terjatuh ke dalam dasar kawah.
Belum lagi udara dingin menyengat di kawasan Gunung Bromo yang bisa mencapai 10 derajat Celcius mulai tengah malam hingga subuh. Tetapi tradisi bertahun-tahun itu tetap mewarnai prosesi larung sesaji di kawah Gunung Bromo hingga kini.
Demi mendapatkan sesaji, sejumlah warga mengaku, sampai bertahan di tubir kawah selama dua hari sebelum Hari H Yadnya Kasada. Selain mempersiapkan peralatan berupa jaring bertangkai panjang, sebagian warga memilih lokasi yang tepat untuk bisa menangkap sesaji yang dilarung.
Sebagian warga tidak membawa peralatan tangkap apa pun. Mereka hanya mengandalkan tangan untuk menangkap sesaji yang dilempar ke arah kawah.
Salah seorang warga, Bawon Sari Hayati, warga Tosari, Kabupaten Pasuruan mengatakan, bersama anggota keluarganya rutin setiap Kasada berburu sesaji di kawah Gunung Bromo. Terkadang ia mendapatkan tangkapan sesaji yang lumayan besar nilainya.
“Pada Kasada tahun ini, saya mendapatkan tangkapan sesaji lumayan besar, seekor kambing, dua ekor ayam, dan sayur-mayur,” ujarnya.
Ditanya hasil yang didapat, Bawon mengatakan, kambing dan dua ayam akan dipelihara di rumahnya. Sementara sayur-mayur akan dikonsumsi bersama keluarganya.
Soal risiko tergelincir ke dasar kawah, Bawon mengatakan, dirinya ekstra hati-hati. “Yang namanya risiko jelas ada, tapi saya berusaha hati-hati,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Sutomo, warga Desa Pojok, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. “Berisiko memang tengah malam berdiri di tepi kawah, tetapi demi sesaji ya apa boleh buat,” katanya.
Selama ini memang belum pernah dilaporkan adanya warga pencari sesaji yang tergelincir ke dasar kawah. Biasanya aparat keamanan dan jagabaya desa selalu mengingatkan, agar warga berdiri di tempat yang aman di pinggir kawah.