Karya Warga Binaan Lapas Kelas IIA Banyuwangi Tembus Pasar Ekspor
Kerajinan berbahan kayu karya warga binaan Lapas Kelas IIA Banyuwangi telah menembus pasar Asia hingga Amerika. Untuk meningkatkan kemampuan para warga binaan, Lapas Kelas IIA Banyuwangi menggandeng Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Perindustrian (Disnakertranperin) Banyuwangi, Balai Latihan Kerja (BLK), dan Oesing craft. Tiga lembaga ini akan membantu meningkatkan kemampuan warga binaan dalam bidang kerajinan dan usaha lainnya.
Sinergitas Lapas Kelas IIA Banyuwangi bersama pemerintah daerah dan lembaga terkait ini dilakukan dalam wujud perjanjian kerja sama (PKS). Perjanjian itu telah ditandatangani di Aula Lapas Kelas IIA Banyuwangi, Kamis 24 September 2020.
"Kita berusaha terus meningkatkan kemampuan warga binaan dengan melakukan sinergi bersama instansi lain yang punya kompetensi," jelas Kepala Lapas Kelas IIA Banyuwangi, Ketut Akbar Hery Achyar usai penandatanganan PKS.
Kepala Disnakertranperin Banyuwangi, Syaiful Alam Sudrajat menyatakan, PKS ini bisa memberikan dampak positif bagi Pemda Banyuwangi. Utamanya untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Karena dengan pelatihan-pelatihan yang dilakukan akan sangat membantu untuk peningkatan kualitas dari angkatan kerja.
"Target akhirnya bagaimana warga binaan setelah mereka keluar ada keterampilan dan keahlian sehingga mereka bisa mandiri bekerja ataupun ikut perusahaan," tegasnya.
Syaiful Alam Sudrajat menegaskan, latihan teknik perlu ditambah karena permintaan ekspor kerajinan karya warga binaan Lapas Kelas IIA Banyuwangi ke Jepang, Korea dan Amerika sangat luar biasa. Untuk itu, sinergi dan kolaborasi ini diharapkan semakin banyak pembinaan bagi warga binaan baik dari Dinas maupun BLK.
"Pelatihan yang kita berikan disesuaikan dengan permintaan pasar. Kita sesuaikan dengan yang diperlukan oleh pasar itu apa," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Oesing Craft Banyuwangi Bambang Hariyono mengatakan, situasi pandemi dari sisi bisnis merupakan sebuah peluang. Karena semua negara, baik negara miskin, berkembang, bahkan negara maju saat ini bisnisnya diawali dari nol semua.
Bambang Hariyono menambahkan, pengrajin diituntut lebih jeli melihat pasar. Sebagai contoh ekspor piring, sendok berbahan kayu, maupun perabotan semacam spatula yang terbuat dari kayu karya warga binaan yang sudah diekspor.
"Karena hampir seluruh negara di dunia baik Asia, Eropa, maupun Amerika kembali back to nature. Dan yang kita buat adalah aman untuk makanan. Kita punya standar internasional," tegasnya.
Saat ini, ekspor kerajinan kayu hasil olahannya sudah terikat kontrak sampai tahun 2022. Ada empat perusahaan yang saat ini menjadi tujuan ekspor. Masing-masing Mitsubishi dan Kowabo dari Jepang, Daiso d Asung dari Korea Selatan dan Lennox dari Amerika Serikat. Nilai ekspornya mencapai miliaran rupiah. Dari seluruh barang yang telah diekspornya, 35 persen diantaranya merupakan karya warga binaan Lapas Kelas IIA Banyuwangi.
"Ini luar biasa, kita bisa kolaborasi dengan UMKM yang ada di Indonesia. Karena UMKM inilah satu-satunya yang bisa menopang ekonomi nasional, mendatangkan devisa, meminimalkan pengangguran supaya ekonomi kita bisa stabil sehingga meminimalkan resesi nasional," tegas Bambang Hariyono.