"Kartini Trihandret" Temukan Soul Sister dalam Gowes 300 Km
Women empowerment. Semangat para wanita untuk menjadi setara dengan para lelaki. Itu yang mendasari Kartini dalam berjuang membuat kesetaraan gender di Indonesia.
Akhirnya, tanggal 21 April ditetapkan sebagai peringatan hari Kartini. Di Surabaya, ada dua cyclist perempuan yakni Linda Tunggal dan Vicky Robin Lieana. Mereka punya cara sendiri agar setara dengan para lelaki. Gowes 300 km dalam sehari!
Tujuannya ke Pantai Klakah di Lumajang. Jaraknya 140an km dari Surabaya. Jadi pergi pulang 280-an km! Kedua ibu rumah tangga ini tergolong nekat.
Mereka jarang gowes endurance jarak jauh. Bahkan Vicky termasuk cyclist yang jarang latihan. “Saya gowes jauh hanya saat di Bali bulan Desember tahun lalu. Empat bulan terakhir ini saya jarang sekali gowes,” tutur perempuan kelahiran 5 Mei 1977.
Linda masih lumayan. Beberapa kali gowes bersama komunitasnya, Gowes Sabtu Ceria (GSC). Meski begitu, jaraknya pun tidak jauh.
“Paling jauh yang pernah saya tempuh bersepeda Surabaya Malang pergi pulang sekitar 170 km dan itu sudah tahun lalu,” jelas istri Randy Hartono.
Jadi keduanya relatif tanpa persiapan matang. Seminggu sebelum hari H tanggal 16 April, mereka diajak oleh Jakop Iskandar, manager toko sepeda Terminal Bike untuk gowes endurance ini.
“Saya diajak oleh Jakop dengan iming-iming rute ini flat. Dari Surabaya ke Bangil, Pasuruan, Probolinggo, lalu Lumajang. Saya langsung oke karena saya tidak pernah ke sana dan saya ingin gowes jarak jauh. Saya yakin aman karena Jakop bisa mengatur race dari berangkat hingga pulang,” tutur Linda.
Sedangkan Vicky diajak oleh Linda. Tepat pukul 05.30 WIB, mereka berempat yakni Jakop, Brandon, Linda, dan Vicky berangkat dari Surabaya timur.
Mereka diantar oleh beberapa kawan lain hingga hampir masuk kota Bangil. Di pitstop pertama ini, empat petualang itu melanjutkan perjalanan. Dan sisanya balik ke Surabaya.
Relatif tidak ada masalah berarti kecuali Linda yang sempat jatuh di rel kereta api kota Bangil.
“Tapi tidak yang luka. Hanya kacamata saya patah. Beli lagi di minimarket. Sempat dipakai beberapa saat lalu jatuh dan terlindas mobil. Akhirnya tidak menggunakan kacamata hingga pulang Surabaya,” cerita perempuan kelahiran 5 Juni 1971 ini.
Mereka berhenti beberapa kali di minimarket untuk mengisi bidon dan makan. Yang lucu, saat makan siang mereka makan semacam bekicot dan menurut Vicky enak sekali.
Saat pulang, Linda sangat gembira karena turun hujan. “Saya belum pernah gowes hujan-hujanan jadi seru dan menyenangkan sekali,” cerita ibu tiga anak ini lantas tertawa.
Tetapi seram juga, sepeda Giant milik Linda tidak dilengkapi lampu. Saat memasuki kota Probolinggo hari sudah gelap, jadi Linda hanya mengandalkan lampu dari Jakop yang berada di depannya.
Lucunya, dua perempuan tangguh ini bergembira ria gowes endurance. Di Surabaya, teman-temannya termasuk suami Vicky, Yimmy Kurniawan was-was terus.
Mereka semua tidak tidur dan saling memantau update posisi lewat WhatsApp group. Kira-kira pukul 23.00 WIB, Linda mengabari bahwa dirinya sudah sampai rumah dengan selamat. Lega lah semua.
Tetapi Vicky belum sampai rumah. Padahal jarak rumahnya tidak begitu jauh. Sama-sama di Surabaya timur. Ternyata Vicky masih nambah kilometer!
Ibu dari Dylan Mireco ini tidak puas dengan jarak 296 km yang tertera di layar Garmin-nya. Dia ingin menggenapinya menjadi 300 km.
“Saya putar hingga ke kampus ITS dan kompleks rumah. Setelah mencapai 300 km. Eh, sedikit lagi tercatat saya menghabiskan 5.000 kalori. Akhirnya saya gowes lagi sampai mencapai 5.000 kalori. Dan total tercatat 305 km di layar Garmin. Dan itu kira-kira jam 11.30 malam saya baru masuk rumah,” cerita Vicky.
Lega lah semua anggota Gowes Sabtu Ceria (GSC) ketika mengetahui bahwa kedua perempuan tangguh yang berjuluk “Kartini Trihandret” telah sampai rumah dengan selamat.
“Sejujurnya, saya kaget. Saya tidak percaya diri bisa gowes sejauh itu. Padahal saya termasuk malas gowes, dan tidak ada tujuan wisata apa-apa. But I did it! Dan itu my self achievement. Mengetes diri saya sendiri,” bangga Vicky.
Selain itu, hubungan pertemanan bisa diuji di atas sepeda. Apalagi endurance ride. Vicky dan Linda telah menguji hal ini.
“Kita sudah seperti soul sister. Kita cocok di berbagai hal kecuali makanan. Saya pecinta seafood, Linda bukan. Dan bila bukan Linda yang ajak gowes gila ini saya tidak mau ikutan,” tutup Vicky lantas tertawa.