Kartini dan Empat Dampak Positif Bagi Perempuan
Surabaya: Sosok Kartini dikenal sebagai pelopor kesetaraan perempuan, emansipasi, dan p-pemacu indikator sebuah bangsa melihat besarnya peranan perempuan.
Keberadaan Kartini menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa, karena Kartini telah menjadi pelopor pelopor untuk kemajuan perempuan di Indonesia. Perjuangan seorang Kartini muda semasa hidupnya mampu memberikan empat dampak positif bagi perempuan masa kini.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) saat Nonton Bareng-Nobar Film “Kartini” bertepatan dengan perayaan Hari Kartini di Ciputra World XXI Surabaya, Jumat (21/4).
Ia menjelaskan, manfaat yang pertama yakni perempuan memperoleh hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan kesehatan. Ini jugalah yang menjadi inti dari perjuangan Kartini untuk membebaskan perempuan dari kebodohan. “Sekarang ini banyak perempuan-perempuan berprestasi yang bisa mengharumkan nama bangsa di kancah internasional,” terangnya.
Manfaat yang kedua ialah perempuan juga memiliki hak yang sama dalam bidang politik dan ekonomi. Bahkan hak berpolitik perempuan saat ini telah diatur dalam Undang-Undang.
Sedangkan manfaat yang ketiga yaitu perempuan bisa mengendalikan kegiatan domestik atau urusan rumah tangganya. Manfaat yang keempat yakni pembangunan merata yang juga dirasakan bagi laki-laki. “Hal inilah yang dirasakan perempuan dan akan kita dorong terus. Sebab jika perempuannya makin berdaya maka pembangunan akan lebih cepat tercapai,” urainya.
Menurut Gus Ipul, tantangan bagi perempuan masa kini yang sudah sukses dan maju adalah untuk tetap setia pada keluarganya. Ini penting dilakukan karena meskipun Kartini telah sukses mengembangkan wawasannya tapi tetap menomorsatukan keluarganya. Apalagi, sesukses atau sehebat apapun perempuan masih tergantung pada suaminya. “Yang perlu kita ingat adalah Kartini sangat setia pada keluarganya,” tegasnya.
Lebih lanjut disampaikan, perubahan ke arah yang lebih baik seperti yang dilakukan Kartini bisa dimulai dari manapun dan kapanpun. Oleh sebab itu laki-laki diharapkan bisa memulai perubahan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya pada perempuan. Dicontohkan, keinginan kuat dari Kartini yang didukung kebijakan dari ayahnya pada akhirnya bisa menghasilkan perubahan yang luar biasa. “Namun demikian kita harus tetap mempertahankan nilai-nilai lama sambil menerima nilai-nilai baru yang lebih baik,” pesannya.
Dalam kesempatan tersebut Gus Ipul beserta seluruh orang yang hadir secara khusus mengenakan blangkon dan beskap, sebagai bentuk pelestarian tradisi leluhur. Turut hadir kepala OPD di lingkup Pemprov Jatim serta perwakilan dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya.
Sementara itu, Film Kartini sendiri menurut Gus Ipul adalah tonggak bersejarah bagi perfilman di Indonesia. Apalagi, selama ini belum ada film yang luar biasa sejak tahun 2008. Menurutnya, semua pihak yang terlibat baik penulis, sutradara, dan pemain-pemainnya sangat bagus dan profesional. “Film ini sangat menginspirasi banyak pihak baik perempuan maupun laki-laki,” pungkasnya.
Film ini adalah kisah nyata perjuangan Kartini, pahlawan wanita yang paling populer di Indonesia. Di Indonesia awal tahun 1900 Masehi, Wanita tidak diperbolehkan memperoleh pendidikan yang tinggi, bahkan untuk para Ningrat sekalipun.
Wanita Ningrat Jawa saat itu hanya diharapkan menjadi Raden Ayu dan menikah dengan seorang pria Ningrat. Kartini tumbuh dengan melihat langsung bagaimana Ibu Kandungnya, Ngasirah menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri, diangggap pembantu hanya karena tidak mempunyai darah ningrat. Ayahnya, Raden Sosroningrat, yang mencintai Kartini dan keluarganya juga tidak berdaya melawan tradisi saat itu.
Kartini berjuang sepanjang hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua orang, dan hak pendidikan bagi semua orang, terutama untuk perempuan. Bersama kedua saudarinya, Roekmini dan Kardinah, Kartini membuat sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan kerja untuk rakyat di Jepara dan sekitarnya. Film Kartini ini adalah perjalanan penuh emosional dari sosok Kartini yang harus melawan tradisi yang dianggap sakral bahkan menentang keluarganya sendiri untuk memperjuangkan kesetaraan hak untuk semua orang di Indonesia.
Film Kartini diarahkan oleh Hanung Bramatyo, sutradara yang sebelumnya pernah mengarahkan film biopic tentang Soekarno, Soekarno: Indonesia Merdeka. (frd)