Karomah Wali, Tingkah Aneh Mbah Ud Melimpahkan Rezeki
KH Ali Mas'ud dari Pagerwojo Sidoarjo. Panggilan akrabnya, Mbah Ud. Sang Wali, dikenal sebagai wali jadzab. Artinya, kerap berperilaku berbeda dengan lazimnya orang lain. Penuh keanehan.
Menurut KH Jamaluddin dari Jombang, Mbah Ud, sering singgah di Masjid Mojoagung, di Jombang. Konon beliau, kata Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), ditugasi menjaga Bani Basyaiban. Sewaktu di masjid tersebut, Mbah Ud kerap mengambil uang di saku jamaah.
Tetapi ajaib, bada diambil, rezeki orang itu menjadi berlimpah. Karenanya, kala orang orang melihat Mbah Ud berseliweran di Masjid Mojoagung, maka orang orang bersiap siap membawa uang ditaruh di sakunya.
Tapi Mbah Ud, benar benar tak terpahami. Mbah Ud kadang pipis di masjid. Kadang setelah berwudhu baru ia pipis dan keanehan lainnya.
Tapi siapa tahu Mbah Ud sebenarnya seorang ilmuwan. Beliau memiliki 200 karya. Tapi tidak ada yang tahu karyanya itu. Kecuali cucunya. Sang cucu diajari di dalam kapal selama perjalanan naik haji. Dan kelak sang cucu mewarisi spirit keilmuan yang tinggi. Orang orang yang tak menjangkau ilmunya, hanya memandang keanehan keanehannya. Apalagi ketika ia berbicara tentang Biologi Molekuler.
Selama hidupnya, KH Ali Mas’ud sangat ringan tangan. Mbah Ud sering menjadi rujukan para kiai di Jawa Timur untuk memecahkan problematika umat Islam. Makamnya terletak di Pagerwojo, Kecamatan Kota Sidoarjo.
Mbah Ud ikut berkiprah menyebarkan Islam dengan berdakwah kepada tamu-tamu yang datang ke rumahnya. Dia memang tak membangun pesantren, tapi muridnya tersebar di penjuru Jawa dan luar Jawa.
Hidayatullah, salah seorang cucu keponakan Mbah Ud menuturkan, kakeknya itu memang tidak mau langsung membuka pesantren.
”Kalau menyiarkan agama Islam secara langsung tidak, tapi beliau memberi wejangan kepada siapa pun tamunya yang datang. Beliau juga menjadi rujukan kiai yang ada di Jawa Timur untuk memecahkan masalah terkait agama Islam,” jelasnya.
Mbah Ud, kata Hidayatullah, lahir pada 1908 di Sidoarjo. Ali Mas’ud kecil yang masih berusia 5 tahun sudah menunjukkan kelebihannya. Dia tidak pernah sekolah, tidak bisa membaca dan menulis.
Namun dia, lanjut Hidayatullah, bisa membaca Al-Quran dan kitab-kitab lainnya. Wajar, bila Mbah Ud jadi rujukan kiai di Jawa Timur untuk memecahkan masalah keislaman.
”Mbah Ud mempunyai Ilmu Laduni sehingga beliau mempunyai kelebihan dibanding orang lain kebanyakan. Wafat pada 1979 sampai sekarang, banyak yang berziarah ke makamnya. Terutama malam Jumat Legi,” papar Hidayatullah yang juga pemangku Majelis Taklim Mbah Ud.
Bagi warga Sidoarjo, ulama yang dulunya akrab dipanggil Gus Ud dan kini lazim dipanggil Mbah Ud, merupakan ulama yang tidak menyandang gelar. Pasalnya,sebagai orang yang mempunyai kelebihan, dia tidak mau menunjukkan.
Bahkan, dalam turut menyiarkan agama Islam, dia menggunakan kelebihannya itu untuk memberi pemahaman bagi umat Muslim dan non-Muslim.
Hidayatullah menceritakan, Mbah Ud pernah menulis surat ke KH Rodi, Krian, terkait permasalahan yang ditanyakan. Karena dia tidak bisa menulis, di atas kertas putih dia torehkan pensil membentuk garis bergelombang. Anehnya,KH Rodi bisa mengerti guratan pensil yang dibubuhkan oleh Mbah Ud.
”Kalau peringatan wafatnya Mbah Ud, 27 Rajab mesti ramai penziarah. Bagi warga Sidoarjo, Mbah Ud bukan hanya kiai yang mempunyai kelebihan, bisa mengobati orang sakit dan kelebihan lainnya. Namun, beliau juga ikut menyiarkan Islam melalui pemikirannya,” ujar Supriadi, warga Sidoarjo yang kerap berziarah ke makam suami Nyai Dewi (almarhumah) itu.
Mbah Ud tidak mempunyai keturunan. Saat ini yang merawat makam dan mushala peninggalannya adalah cucu dari adik dan kakak Mbah Ud.
Kisah Mbah Ud ketika kita membicarakan sosok wali yang satu ini nih , psti kita banyak yang tahu kisah-kisah tentangnya. Mbah Ud seorang wali Allah yg luar biasa sekali hingga tak ada satu pun ulama atau para wali yang ada di Tanah Jawa ini yang tak mengenal sosoknya.
Bila dilihat dari garis nasabnya, Mbah Ud masih ada hubungan dengan Sayyid Badruddin bin Ali Akbar bin Sulaiman.
Menurut kisahnya, Mbah Ud mendapat derajat kewalian itu sejak masih kecil. Sangat nakal memang dan banyak tingkah hingga membuat ayahnya sering memarahinya.
Sang ayah konon orang yang ‘alim dan mengajar ngaji di rumahnya. Sering saat sang ayah mengajar ngaji, selalu terganggu oleh suara-suara teriakan Mbah Ud kecil. Sang ayah pun memarahinya bahkan memukulnya dengan kayu kecil.
Nah , dari situlah sang ayah melihat keanehan pada diri sang putra tersebut. Suatu saat sang ayah bilang, ”Kamu ini banyak tingkahnya .. makanya gak bisa ngaji !! ”
Karena mendapat olok-olokan ayahnya seperti itu , maka Gus Ud langsung bilang, ”Ngajar ngajinya saya ganti ya ? ”
Ayahnya heran dengan ucapan anaknya yang baru berusia 8 tahunan itu . Gus Ud langsung mengambil kitab kuning ayahnya tersebut dan langsung membacanya. Meski kitab itu gundul (gak ada harakatnya) toh Gus Ud kecil itu lancar membacanya berikut menjelaskan semua keterangan kitab itu .
Subhanallah! Ayahnya terbengong heran. Sejak itulah sang ayah membiarkan saja apa yang dilakukan putranya itu.
Wallahu a'lam.
Advertisement