Karomah Wali, Ini Ketinggian Maqam Sayyid Muhammad Al-Maliki
Terlebih dulu perlu dipamahmi makna "maqam" dalam Tasawuf. Maqamat merupakan bentuk jamak dari maqam. Secara etimologi maqam mengandung arti kedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki. Menurut terminologi, istilah maqam mengandung pengerrtian kedudukan, posisi, tingkatan, atau kedudukan tahapan hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah
Ketinggian maqam Sayyid Muhammad Al-Maliki, dikenal masyhur di dunia pesantren dan para penggemar ziarah ulama (Syarkubiyah). Sayyid Muhammad Al-Maliki sudah mencapai maqam bertemu Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) secara yaqadhah (terjaga bukan mimpi) sebagaimana yang di ketahui oleh beberapa muridya.
Ada kisah hikmah tentang karomahnya. Suatu ketika Sayyid Muhammad Al-Malikisedang berada di Madinah. Salah satu muridnya mendapat tugas melayani kebutuhan Sayyid Muhammad Al-Maliki. Aantara lain sarapan pagi yang biasanya berupa telor goreng mata sapi, roti, keju, susu segar, dan lain-lain.
Di antara kamar pribadi Sayyid Muhammad Al-Maliki yang sekaligus berfungsi sebagai kantor dan dengan dapur pribadi beliau, hanya dibatasi oleh lorong kecil. Artinya, setiap orang yang berada di dapur lantas akan masuk ke kamar Sayyid Muhammad Al-Maliki, pasti melewati lorong kecil itu.
Tatkala di tangan murid itu sudah tersedia talam berisi peralatan dan menu sarapan pagi Sayyid Muhammad Al-Maliki, dan sudah berada di lorong kecil, tiba-tiba teman seniornya mencegah langkahnya, agar tidak masuk ke kamar Sayyid Muhammad Al-Maliki terlebih dahulu, namun di minta untuk ikut mendengarkan secara seksama.
Dengan penuh penasaran, murid tadi ikut memperhatikan ajakan teman seniornya tersebut, ternyata terdengar suara tangis lirih Sayyid Muhammad Al-Maliki namun cukup jelas dari dalam kamar itu.
Karena itulah mereka berdua tidak berani masuk kamar sebelum dipanggil oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki. Selang sepuluh menit berikutnya, tiba-tiba Sayyid Muhammad Al-Maliki memanggil dengan suara yang agak parau: “Aulaad, fieen futhuur..?” (Anak-anak, mana sarapannya).
Kemudian masuklah mereka berdua, dengan membawa barang yang menjadi tugasnya masing-masing. Setelah mereka berdua duduk di depan Sayyid Muhammad Al-Maliki untuk menata menu sarapan dan keperluan lainnya, maka Sayyid Muhammad Al-Maliki bertanya:
“Tahukah kalian apa yang baru saja aku alami?”
Murid senior itupun menjawab: “Tidak tahu wahai Abuya”.
Sayyid Muhammad Al-Maliki berkata: “Wahai anak-anakku, baru saja aku ditemui oleh Rasulullah SAW secara langsung..!”.
Dan daripada karomah Sayyid Muhammad Al Maliki, banyak murid dan pecintanya yang bermimpi Rasulullah ternyata melihat sosok Rasulullah nyaris sama dengan sosok Sayyid Muhammad Al-Maliki. Inilah bukti nyata adanya I’tina’ khasshah (perhatian khusus) dari Rasulullah Muhammad SAW.
Demikian wallahu a'lam.