Karomah Wali: Habib Hamid Sokaraja, Guru Spiritual Gus Dur
Tangis haru mewarnai pertemuan murid-guru di penghujung bulan Agustus 2000, tepatnya Kamis 31 Agustus 2000. Sekira setengah jam lamanya temu kangen itu berlangsung. Turut hadir dan menyaksikan pertemuan itu Mendiknas Yahya Muhaimin, Gubernur Jateng Mardiyanto, Bupati Banyumas Aris Setiono, Aris Juneidi (penghubung) dan Umar Wahid.
Tuan rumah didampingi istri, kerabat dekat, KH Abdurrahman Hasan selaku juru bicara, dan sejumlah ulama Banyumas. Mengenakan kopiah dan busana putih, sang guru tampak sumringah menerima kehadiran sang murid.
Pada kesempatan itu Gus Dur memohon gurunya agar ikut mendoakan negeri ini sehingga dijauhkan dari berbagai prahara dan persoalan yang dapat memecah-belah bangsa.
"Itulah fragmen pertemuan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, ketika itu Presiden RI, saat menyambangi kediaman Habib Hamid bin Hanafi bin Yahya bin Salim (85) di Kauman RT 03/RW 01 Sokaraja Tengah, Kecamatan Sokaraja," tulis Akhmad Saefudin SS ME, Penulis Buku 17 Ulama Banyumas.
Berikut lanjutannya:
Sebetulnya, jika mau menelisik, Kabupaten Banyumas memiliki banyak tokoh-ulama karismatik pada zamannya. Hanya saja kiprah dan perjalanan hidup mereka nyaris luput dari pemberitaan media.
Habib Hamid, misalnya, sosoknya baru terliput media cetak maupun elektronik pasca ada kunjungan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kala itu.
Bagi kalangan Muslim tradisional, Habib Hamid bukanlah nama asing. Warga Nahdliyin meyakini sosok yang satu ini punya kelebihan khusus. Betapa tidak? Meskipun telah berpulang ke haribaan Allah, karisma beliau masih dirasakan hingga kini; bukan saja di wilayah Banyumas namun hingga luar daerah.
Almarhum meninggal saat menunaikan ibadah haji dan dimakamkan di Tanah Suci.
"Semoga kita semua dapat meneladani keluhuran akhlak beliau,” ujar Habib Ahmad Abdulqodir bin Abdurrohim pada pengajian Majelis Shalawat di Kauman Sokaraja Tengah, suatu ketika.
Menghadiri peringatan haul Habib Hamid di Sokaraja menjadi pengobat rindu bagi sebagian orang. Meskipun tidak pernah bertemu secara langsung, ternyata banyak orang merasakan karisma almarhum.
“Saya merasakan hal demikian. Dan, saya sengaja kemari sebagai wujud kecintaan pada Rasulullah dan keluarganya. Habib Hamid adalah dzuriyah Rasulullah yang mesti kita cintai,” tutur Jamali, santri asal Karangsalam Kedungbanteng.
Karamah Wali
Derajat kewalian adalah misteri. Orang tidak mengetahui seseorang itu wali, kecuali dirinya adalah juga wali; la ya’riful wali ilal wali. Dengan kata lain, yang mengetahui wali itu adalah sesama wali.
Oleh karenanya, kerap kali kewalian seseorang baru terungkap luas setelah yang bersangkutan meningal dunia. Ini barangkali yang dirasakan banyak orang pada sosok Habib Hamid.
Dikisahkan, almarhum Habib Hamid dikenal sebagai pribadi yang sangat taat kepada sang ibu. Beliau biasa tidur di lantai, menjaga dan menemani sang ibu yang berbaring di sofa atau tempat tidur.
“Setiap jam tiga malam beliau rutin menyediakan air wudlu untuk keperluan Ibunda salat tahajud. Dan, itu dilakukannya setiap hari,” ujar Habib Nizar.
Kepada kekasih-Nya, Allah memberikan tanda atau kelebihan (karamah). Baju yang dipakai Habib Hamid, misalnya, sering kali tampak kumal dan kotor. Namun demikian badan dan pakainnya tidak berbau.
“Ini karena tajali Allah dekat dengan beliau sehingga hatinya bersih dan bercahaya,” tutur Habib Nizar.
Kalau tajali Allah dekat, maka fisik tidak ada artinya. “Karena semuanya milik Allah,” imbuhnya.
Demikian, Akhmad Saefudin SS ME, Penulis Buku 17 Ulama Banyumas.
Advertisement