Karena Covid, Merayakan Lebaran di Arab Saudi
Beridul Fitri di kampungan halaman merupakan keindahan tersendiri. Apalagi, hal itu merupakan pengalaman yang terbangun sejak masa kanak bagi masyarakat Indonesia.
Sayangnya, untuk tahun 2020 ini, kebetulan ada Pandemi COVID-19 sehingga keindahan seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya tidak terjadi. Namun, setiap Muslim mempunyai pengalaman tersendiri.
Berikut ulasan Prof Sumanto Al Qurtuby:
Lebaran tahun ini terasa sangat spesial meskipun tanpa dua atau tiga telur. Hal itu karena saya & keluarga merayakannya di Arab Saudi. Tepatnya lagi di dalam rumah karena pemerintah memberlakukan "lokdon" total 24 jam terhitung mulai hari ini sampai 27 Mei. Jadi, cuma muter-muter: kamar-ruang tamu kombak-kambek kayak setrikaan.
Sebelumnya, lokdon berlangsung dari jam 17:00 sampai 9:00. Jadi, warga hanya boleh keluar dari jam 9:00 pagi sampai 17:00. Sebelumnya juga pernah lokdon 24 jam, warga (selain polisi, tentara, petugas medis, atau petugas sampah) tidak bisa keluar kecuali untuk belanja & urusan medis.
Belanja pun dibatasi ruang-geraknya sesuai "distrik" masing-masing dimana mereka tinggal. Karena saya tinggal di kawasan Dhahran, maka saya tidak boleh menyeberang ke daerah / kota tetangga, meskipun dekat. Polisi & tentara diterjunkan dimana-mana di checkpoints untuk memeriksa identitas warga. Kalau ketahuan mau menyeberang, disuruh kembali.
Jadi saya untuk sementara mau tengok kantorku pun tidak bisa. Padahal saya tinggal di kompleks apartemen dosen di dalam kampus, dan hanya butuh waktu sekitar 15 menit jalan kaki untuk sampai ke kantor.
Warga semua menaati peraturan kerajaan karena dendanya sangat besar bagi yang melanggar lokdon (curfew). Jadi, begitu pemerintah mengumumkan lokdon dari jam sekian sampai jam sekian, ya sudah semua area sepi: masjid, jalan, mall dlsb. Di area kompleks kampus pun, "polisi kampus" muter-muter keliling operasi. Kalau ada yang ketahuan jalan-jalan disuruh masuk rumah.
***
Meskipun sudah cukup lama tinggal di Saudi, ini adalah tahun pertama saya merayakan lebaran disini. Biasanya saya merayakan lebaran di kampung di Batang, Jawa Tengah. Minimal setahun sekali saya sempatkan untuk ngumpul bareng dengan emak & keluarga di kampung. Meskipun cuma beberapa hari saja. Kecuali saat di Amerika dulu. Kami juga tidak merayakan di kampung.
Kalau tahu saya mudik, emak biasanya sudah siapkan makanan-makanan kesukaanku kalau di kampung: iwak kali (ikan sungai), panggang irisan, ikan asin, pindang, tempe, tahu sumpel, bongkrek, krupuk, lengkap dengan sambal, pete, jengkol, & urap-urapan dari sayur-mayur di kebun & sawah (kacang panjang, lembayung, kremo, cekereme dlsb).
Sebetulnya kami sudah booking tiket jauh-jauh hari tapi dibatalkan karena Covid & larangan terbang. Tapi ya nggak apa-apa. Kita ambil hikmahnya saja (enak saja mau ambil hikmah? Emag dia mau?).
Misalnya, gara-gara lokdon ini dan liburan summer di kampus, saya bisa fokus menulis buku (dalam bahasa Inggris) yang akan diterbitkan oleh Palgrave & Springer. Saya menulis dari jam 4 pagi sampai 5 sore diselingi break sebentar. Semoga saja akhir Agustus ini (sesuai deadline) naskah buku sudah selesai.
Akhirul kalam, meskipun tanpa kupat-lontong, lebaran harus tetap hikmat tong. Biar terasa lebih nikmat lagi dan ada bau-bau "kampung"-nya, saya persilaken kaliyen memosting aneka makanan di rumah? Siapa tahu saya bisa menikmati "makanan virtual" kaliyen😋😋
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia. Sumber: Akun facebook Sumanto Al Qurtuby.