Uskup Agung: Umat Katolik Sudah Biasa Bantu Pendirian Musholla
ebagian orang mungkin menganggap istimewa jika ada pemuka agama lain yang ikut membantu membantu membangun rumah atau tempat ibadah umat lainnya. Namun, perbuatan semacam itu ternyata tak asing bagi umat Kristiani.
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, mengatakan jika ada seorang umat Katolik atau pastor membantu mendirikan tempat ibadah bagi umat Islam, sebenarnya bukanlah sesuatu yang aneh. Pernyataan Uskup Agung ini merujuk pada dilakukan oleh Romo Tiburtius Catur Wibawa di Banyuwangi Jawa Timur.
Romo Tiburtius Catur Wibawa membangun musholla dalam kompleks Griya Edukasi milik SMA Katolik Hikmah Mandala di Banyuwangi. Sekolah ini sebenarnya di bawah Yayasan Karmel, Keuskupan Malang.
Kata Uskup Agung, musholla yang didirikan Romo Tiburtius Catur Wibawa di Banyuwangi Jawa Timur, adalah satu dari sejumlah tempat ibadah yang dibantu oleh umat Katolik secara kelembagaan maupun pribadi. Pembangunan itu pun sebenarnya sengaja tidak dipublikasikan. Tujuannya, untuk menghindari polemik.
Ignatius Kardinal Suharyo pun mengapresiasi perbuatan Romo Catur tersebut. Perbuatan tersebut dianggap sesuai dengan tema Natal bersama tingkat nasional 2019 Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), yakni "Hiduplah Sebagai Sahabat bagi Semua Orang". Tema ini telah diterjemakan dalam pesan Natal bersama PGI dan KWI.
Pesan yang ingin disampaikan melalui tema ini pun sangat jelas. Merujuk pada hiruk-pikuk, hidup ini, PGI dan KWI memastikan penting untuk kembali mengingatkan umat Kristen untuk kembali ke identitasnya sebagai orang yang hidup dalam kasih, kata Uskup Agung Jakarta tersebut.
Karena itu, momen Natal ini diharapkan bisa jadi kembali menjalin persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satunya, berhubungan yang baik bagi saudara yang berbeda suku, agama dan ras.
Jejak sejarah bangsa yang sangat panjang dianggap penting untuk dijaga dan dihargai karena kemerdekaan yang diraih sampai saat ini adalah berkat pengorbanan sesama saudara sebangsa. Sejarah bangsa inilah yang dianggap sebagai bagian dari perjumpaan antara manusia dan pencipta-Nya.
Di tengah bahaya perpecahan tersebut, umat Kristiani diingatkan kembali pada teladan cinta kasih Yesus yang menginspirasi mereka untuk saling merendah dan saling melayani.