Kardinal Suharyo: Sumpah Pemuda Sebuah Konsensus yang Terlupakan
Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, kegaduhan yang terjadi di Tanah Air akibat dilupakannya Sumpah Pemuda.
"Sumpah Pemuda sering kali hanya dijadikan pelengkap narasi pidato yang bersifat seremonial semata," kata Kardinal dalam pesan-pesan nilai kebangsaan pada malam peringatan Sumpah Pemuda ke-91 di Gereja Katedral Jakarta, Senin 29 Oktober 2019.
Sebab itu umat Katolik terpanggil menggelar peringatan Sumpah Pemuda untuk mengingatkan kembali nilai-nilai Sumpah Pemuda, di mana umat Katolik ikut terlibat dalam melahirkan Sumpah Pemuda.
"Di Katedral ini Sumpah Pemuda diresmikan," kata Kardinal.
Nilai-nilai Pancasila dan Sumpah Pemuda sudah diajarkan sejak sekolah dasar. Tapi Kardinal menyayangkan Pancasila dan Sumpah Pemuda hanya dihafalkan, tidak diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kegaduhan dan kerusuhan yang menelan korban jiwa, dirusaknya fasilitas umum, serta rumah penduduk, menandakan Pancasila dan Sumpah Pemuda, tidak ada dalam jiwa orang-orang yang membuat kegaduhan dan kerusuhan tersebut," ujarnya.
Uskup menambakan, Pancasila dan Sumpah Pemuda, menurut iman Katolik adalah berkat Tuhan bagi masyarakat Indonesia. Karena itu tidak boleh diabaikan.
Peringatan Sumpah Pemuda di Gereja Katedral ini semula direncanakan akan mempertemukan dua imam besar dari agama yang berbeda. Yakni Imam Besar Madjid Istqlal Nasaruddin Umar dan Imam Gereja Katolik Roma, Kardinal Suharyo.
Tapi Nasaruddin Umar berhalangan hadir. Ia hanya mengirimkan rekaman video berdurasi 5 menit. Intinya Nasaruddin Umar mengajak masyarakat Indonesia merajut kembali nilai-nilai kebangsaan berasaskan Pancasila dan Sumpah Pemuda, apapun suku dan agamanya.
"Berbangsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia," kata Nasaruddin Umar.
Dalam memperingati Sumpah Pemuda, Gereja Katedral Jakarta juga mengadakan pagelaran seni tari, lagu, serta VIDEO MAPPING “Hai Pemuda Pemudi Indonesia” disertai Pesan kebangsaan dan renungan sejarah Sumpah Pemuda dengan
Teater “Merah Putih benderaku". Acara ini dihadiri perwakilan lintas agama, Gusdurian dan GP Ansor.