Kapolri Ajak Korban Tragedi Kanjuruhan jadi Polisi, Netizen Geger
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengajak salah satu anak korban tragedi Kanjuruhan, agar jadi polisi. Netizen pun geger membicarakan sikap itu.
Tawaran Kapolri
Tawaran tersebut disampaikan Listyo saat bertemu salah satu orang tua korban dari tragedi Kanjuruhan, pada Minggu 2 Oktober 2022.
Dalam berita yang bersumber dari keterangan tertulis itu, Listyo menyampaikan belasungkawa kepada ibu korban, sekaligus menguatkannya agar sabar dan ikhlas.
Dalam kesempatan itu, Kapolri lantas menawari salah satu saudara korban, untuk jadi polisi. "Kalau kamu masuk polisi, mau nggak," tanya Listyo pada anak dari ibu tersebut, dikutip dari detik.com, Senin 3 Oktober 2022.
Reaksi Netizen
Informasi itu memancing komentar netizen. Sedikitnya ada 3 ribu kutipan serta seribuan retweet atas berita tersebut, dilihat Senin 3 Oktober 2022, siang.
Netizen banyak yang heran dengan tawaran Kapolri. Sebagian merasa kalimat yang seharusnya bertujuan menghibur korban, justru terdengar melecehkan korban. "Kalau saya keluarganya, tuh Kapolri saya usir dari rumah. Saya maki-maki dah, gedeg banget," kata salah satu netizen, dilihat Senin 3 Oktober 2022.
"Gila, pernyataan yang melecehkan," cuit lainnya.
"Pak Kapolri menawarkan anak korban masuk polisi, seperti tidak ada alternatif lain yang meredakan dan mendamaikan emosi keluarga korban sehingga ada penawaran seperti ini. Jadi pacar polisi aja pak sekalian," cuit akun lainnya.
Sementara netizen lain justru menyuarakan pengusutan tragedi Kanjuruhan. "Bukan itu yang kami mau. Usut tuntas dan transparan," cuit netizen lain.
125 Meninggal di Kanjuruhan
Diketahui, tragedi Kanjuruhan menyebabkan 448 orang terluka. Dengan rincian luka ringan 302 orang, luka berat 21 orang, sedangkan yang meninggal 125 orang.
Kerusuhan yang bermula dari kekecewaan suporter terhadap pemain Arema lantaran kalah melawan Persebaya, berubah menjadi kepanikan setelah aparat menembakkan gas air mata ke arah sejumlah tribun penonton.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyebut pihaknya menembakkan gas air mata lantaran kondisi yang anarkis dan tak terkendali. Suporter banyak turun ke lapangan.
Sedangkan suporter Arema menuturkan tembakan gas air mata menyebabkan banyak suporter di tribun panik dan berebut turun mencari jalan keluar.
Akibatnya, suporter mulai kolaps akibat sesak napas dari gas air mata, terjepit, atau terinjak-injak serta terbentur benda keras, menurut Direktur RSUD Kanjuruhan Boby Prabowo, menuturkan dugaan sebab meninggalnya 21 jenazah yang masuk di tempatnya.
Kapolri Jenderal Listyo melakukan takziah ke rumah salah satu korban meninggal tragedi Kanjuruhan. Kapolri menawarkan anak korban masuk polisi. https://t.co/o1jYq16n3E
— detikcom (@detikcom) October 2, 2022
Advertisement