Kapolrestabes Bantah Penggerebekan ala Teroris Asrama Papua, Over
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho membantah penggerebekan Asrama Mahasiswa Papua yang berlangsung ala teroris sampai harus menggunakan gas air mata dianggap berlebihan. Kata dia, cara seperti itu memang dibutuhkan.
Kombes Sandi Nugroho mengatakan 'penggerebekan' semacam itu dibutuhkan karena ada dugaan mahasiswa Papua yang di dalam asrama, membawa senjata tajam dan anak panah kecil.
"Karena keselamatan anak buah terancam, maka langkah yang diambil aparat saat itu adalah peringatan tegas berupa tembakan gas air mata," kata dia.
Namun usai semua mahasiswa Papua yang berada dalam asrama berhasil diangkut ke Markas Polrestabes Surabaya, semuanya berjalan normal. Saat akan membawa mahasiswa yang akan dimintai keterangan, Sandi menyebut sebenarnya hanya ingin membawa 15 orang saja.
"Tapi kawannya yang tidak dibawa bilang, kalau mau dibawa teman kami, bawa kami semua sekalian. Akhirnya semuanya kita bawa ke kantor,” ucap Sandi di Grahadi, Selasa 20 Agustus 2019 malam.
Dalam pemeriksaan tersebut Sandi menjelaskan dari 43 warga Papua yang dibawa ke Mapolrestabes terdapat satu warga yang tidak diperiksa karena terkendala bahasa. Dalam pemeriksaan tersebut pihak Polrestabes menurunkan 10 penyidik supaya penyidikan lancar.
“Yang intinya bahwa kita sudah mengerjakan upaya penegakan hukum untuk mengamankan temen-temen kita supaya tidak terjadi bentrokan massa dengan massa yang lainnya,” tegas Sandi.
Sandi menepis kabar yang mengatakan bahwa ada mahasiswa disekap, kemudian terluka hingga meninggal dunia. Mantan Kapolrestabes Medan tersebut bahkan menunjukkan foto para mahasiswa Papua saat diperiksa mendapat perlakuan yang baik.
“Ini tak kasih contoh waktu kita periksa dalam keadaan sehat wal afiat dan kita kasih makan. Kita kedepankan Hak Asasi Manusia. Apa ada tampang dianiaya saat diperiksa? Setelah diperiksa langsung kita pulangkan kira-kira sekitar jam 11 malam saat itu dari Polrestabes, sampai asrama jam 12 malam,” beber Sandi.
Dari hasil pemeriksaan, Sandi menjelaskan tidak ditemukan bukti yang cukup kuat sehingga para mahasiswa dipulangkan kembali menuju asrama.
“Karena malam itu kurang alat bukti, kami harus praduga tak bersalah, walaupun dilaporkan dan diduga pelakunya dari mahasiswa Papua atau AMP, tapi kami bukan sembarangan. Itulah bentuk profesionalisme dari kami. Alat bukti belum cukup kami pulangkan, kalau ada temuan alat bukti baru, nantinya akan kita panggil,” jelas Sandi.
Sandi menuturkan ormas yang melaporkan adalah gabungan Ormas Surabaya di antaranya FPI, FKKPI, Hipakat.
Terkait CCTV di sekitar area, Sandi menjelaskan bahwa dahulu pernah ada namun dirusak. “Info dari Pemkot dulu pernah ada, tapi mohon maaf dirusak jadi tidak bisa kita tarik. Kalau barang bukti tiang bendera sudah diamankan di Polrestabes Surabaya,” pungkasnya.