Kapolrestabes Surabaya: Masyarakat Jangan Dibuat Takut
Kapolrestabes SurabayaKombes Pol Jhonny Edison Isir, meminta kepada penanggulangan pandemi Covid-19, lebih humanis menghadapi masyarakat. Supaya masyarakat tidak takut. Tapi justru mengerti terhadap kebijakan pemerintah dalam upaya memutus rantai penularan virus Corona yang mencemaskan penduduk dunia.
"Petugas menegakkan aturan, guna mencegah terjadinya kerumunan, merupakan salah satu cara atau sarana untuk mencegah penularan virus Corona. Bukan mempersulit warga," kata Kombes Pol Isir saat berbincang dengan Ngopibareng di Subaya, Rabu 26Mei 2021.
Mantan ajudan Presiden Joko Widodo mengakui masyarakat kurang memperoleh informasi yang benar mengapa ada penyekatan jalan saat mudik lebaran, dan mencegah terjadinya kerumunan massa. Maka opini yang terbangun petugas dianggap tidak manusiawi melanggar hak asasi manusia (HAM ). Ujung-ujungnya petugas dimusuhi, akibat kurang memahami tujuan dari kebijakan pemerintah tersebut," kata Isir.
Tugas Kemanusiaan
Tugas kemanusian menghadapi pandemi Vovid-19 yang merenggut jiwa dalam jumlah yang cukup besar belum selesai dan harus diperketat, supaya keberhasilan pemerintah menurunkan angka kasus Covid-19 terjaga dengan baik, tidak ambyar.
Kapolrestabes Surabaya kelahiran Papua itu mengingatkan masyarakat jangan takut dengan petugas apalagi dampai memusuhinya. Petugas hadir di tengah masyarakat untuk melaksanakan undang undang, yang bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat pula.
"Seluruh petugas dilapangan harus bisa menjelaskan kepada masyarakat dengan bahasa yang baik dan santun supaya pesan yang disampaikan itu dimengerti," pesan Isir.
Ia mengatakan pembatasan mobiltas masyarakat pada lebaran yang lalu, akan dievaluasi dan dikaji ulang untuk menghadapi perayaan Natal dan tahun baru 2022.
Isir pun menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat yang merasa kurang nyaman sehubungan dengan penangan Covid-19. Harus dipahami kebijakan ini untuk melundungi masyarakat dari ancaman virus corona yang bisa menyerang siapa saja.
"Memakai masker memang kurang enak, tapi lebih tidak anak lagi kalau sampai terkena Covid-19," kata Kapolrestabes Surabaya.
Menyunggung soal kepatuhan warga Surabaya terhadap protokol kesehatan (Prokes) Isir memujinya, sambil mengangkat jempol. Oleh sebab itu ia berharap hasil yang baik ini terus dijaga, jangan sampai lengah.
Pelajaran Klaster saat Ramadhan
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita secara terpisah menyampaikan bahwa klaster penularan lokal akibat mobilitas masyarakat pada bulan suci Ramadhan dan libur lebaran tahun ini sepatutnya tidak terjadi.
Satgas Penanganan COVID-19 sebelumnya sudah berkali-kali mengingatkan bahwa tradisi mudik dan halal bihalal lebaran secara tatap muka bisa ditunda hingga pandemi reda. Atau, opsi alternatif dengan menyelenggarakannya secara virtual.
Sebab kegiatan tersebut berpotensi meningkatkan penularan, dan berdampak pada meningkatnya kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Jika melihat adanya klaster-klaster baru penularan, menyatakan bahwa Indonesia belum berhasil sepenuhnya mencegah penularan. Padahal, masyarakat seharusnya bisa belajar dari pengalaman libur panjang pada hari-hari besar atau libur nasional sebelumnya.
Melihat perjalanan penanganan pandemi Covid-19 sejak bulan Maret di tahun 2020 lalu, masyarakat seharusnya terus berhati-hati serta meningkatkan kepatuhannya terhadap protokol kesehatan. Sebagai upaya melindungi diri dari penularan Covid-19.
Dan kolaborasi pemerintah dengan masyarakat, tokoh masyarakat beserta tokoh agama merupakan hal yang penting. Agar penularan Covid-19 dapat dicegah dan masyarakat dapat terbebas dari pandemi. Dan kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi dapat terlaksana secara efektif.
"Dari sini kita belajar, sebagus apapun kebijakan yang dibuat apabila tidak diikuti dengan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, maka tidak akan ter-implementasi dengan baik untuk memberikan dampak positif," pesan Wiku.
Advertisement