Kapolda Jatim: Kasus Asrama Papua Dipecah Dua
Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan menilai kunjungan para pendeta dari Papua dan Papua Barat di Surabaya sangat perlu dilakukan. Hal ini diharapkan bisa mencairkan suasana yang memanas di wilayah Papua.
“Sangat baik ya kunjungan ini, tentu untuk mencairkan tensi yang memanas akhir-akhir ini agar kembali guyub rukun,” kata Luki di Grahadi, Senin 26 Agustus 2019.
Luki mengatakan, permasalahan dugaan ujaran kebencian atau rasisme di Asrama Mahasiswa Papua (AMP) masih dalam proses.
Dalam mengusut kasus ini pihaknya membagi dua fokus. Fokus pertama terkait dugaan pembuangan dan pengrusakan bendera yang kini ditangani Mapolrestabes Surabaya. Sementara fokus kedua mengusut oknum yang mengatakan ujaran rasis dan pelaku penyebaran di medsos yang ditangani Polda Jatim.
"Untuk masalah kasus penyidikan, ini kami dalam proses. Dimana kasus ini terpecah menjadi dua ya ada kasus bendera, karena ini penyebab terjadi kasus-kasus yang lain,” katanya.
Menurut Luki, kasus pengerusakan bendera yang saat ini diproses Polrestabes Surabaya dengan memeriksa 64 saksi.
"Dimana 42 saksi dari mahasiswa dari asrama. Dari hasil pemeriksaan mereka tidak tahu. Sisanya dari masyarakat dan ormas. Semua sudah kami periksa," kata Luki.
Luki menambahkan, pihaknya akan terus melakukan penyelidikan mengenai kasus tersebut dengan memanggil saksi-saksi yang berkaitan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja se-Kota Jayapura Pendeta Dr Yan Piet Wambrauw, MTh mengatakan, pihaknya beserta rombongan datang mewakili Persekutuan Gereja Papua dan Papua Barat untuk mengunjungi anak-anak Papua dan Papua Barat di Jatim.
“Kita sudah tahu apa yang terjadi beberapa hari yang lalu, sangat disayangkan itu terjadi. Dan karena anak-anak kami datang ke sini untuk studi, maka kami berharap anak-anak bisa kuliah lagi. Mereka kembali menuntut ilmu. Dengan harapan suatu saat mereka akan kembali ke Papua maupun Papua Barat bisa membangun bersama dengan masyarakat," katanya.
"Kami sangat berharap dan percaya pasti urusan itu akan selesai dengan baik dan pihak yang berwenang akan menjalankan tugas dengan baik. Tidak ada pihak manapun yang dirugikan,” kata dia.
Harapan lainnya, yaitu Kota Surabaya bisa menjadi sebuah model untuk menyelesaikan masalah khususnya yang berhubungan dengan mahasiswa. Selain itu, kepada pemerintah setempat dalam hal ini, Gubernur Jatim Khofifah diharapkan bisa menjadi orang tua terdekat bagi warga ataupun mahasiswa Papua yang tinggal di Jatim.
Advertisement