Kapolda Jatim Copot Kapolsek Gubeng Surabaya Gara-gara Ngantuk?
Gara-gara mengantuk saat mengikuti rapat yang membahas masalah corona di Surabaya Kapolsek Gubeng Surabaya Kompol Naufil Hartono terancam kehilangan jabatannya. Kompol Naufil Hartono pada Jumat 22 Mei lalu tertangkap basah Kapolda Jawa Timur , Irjen Fadil Imran sedang mengantuk.
Maklum rapat itu dianggap cukup penting karena membahas koordinasi mekanisme pembentukan program mitigasi bencana pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berbasis Comunity Policing bernama ‘Kampung Tangguh’.
Yang lebih parah, rapat itu dipimpin langsung oleh Irjen Pol M Fadil Imran. Program ini nantinya akan diterapkan di Kota Surabaya, sebagai satu di antara kawasan yang masuk terkategori zona merah.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun ia memastikan bahwa sikap tegas Kapolda Jatim saat itu murni sebagai teguran, bukan kemarahan.
“Benar. Bukan marah, tapi hanya ditegur. Bedakan marah sama menegur ya,” ujarnya saat dikonfirmasi,
Sementara, Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut jika Kapolda Jawa Timur tak hanya menegur. Tapi juga akan mencopot Kapolsek Gubeng Surabaya serta memerintahkan Propam memeriksa yang bersangkutan.
Neta S. Pane menilai, jika langkah itu yang diambil Kapolda Jawa Timur Irjen Muhammad Fadil Imran maka dianggap terlalu berlebihan. Pencopotan yang bersangkutan dari jabatannya dianggap Neta sudah merupakan hukuman yang sangat berat. Sehingga tidak perlu ada pemeriksaan lagi oleh Propam dianggapnya seperti mempermalukan.
Dalam amatan Indonesia Police Watch (IPW), sepanjang pandemi Covid-19, selama bulan Ramadan hingga menjelang lebaran 2020, para Kapolsek lah yang dibebankan tugas dan tanggung jawab paling berat. Mereka menjadi ujung tombak Polri berhadapan langsung dengan masyarakat.
“Setidaknya ada empat kerja berat para Kapolsek yang harus dihargai Kapolda Jatim. Pertama, para Kapolsek harus pontang panting melakukan deteksi dini dan antisipasi maksimal agar penyebaran Covid 19 bisa dicegah dan diputus mata rantai penyebarannya,” kata Neta S Pane selaku Ketua Presidium IPW dalam rilis pers diterima Senin 25 Maret.
Kedua, lanjutnya, para Kapolsek selalu bersiaga menjaga wilayahnya secara maksimal usai dibebaskannya ribuan narapidana oleh Menkumham lewat program asimilasi. “Ketiga, para Kapolsek bersiaga menjaga situasi Kamtibmas di wilayahnya saat Ramadan dan menjelang Lebaran, terutama dengan banyaknya PHK dan industri yang tutup,” ujarnya.
Keempat, lanjut Neta S Pane, para Kapolsek menjadi ujung tombak dan pagar betis Polri dalam upaya pencegahan masyarakat mudik demi menghindari penyebaran Covid-19 semakin meluas. “Kapolsek menjadi pagar betis agar arus mudik bisa dicegah,” tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan Neta S Pane, keempat tugas berat itu dilakukan para Kapolsek di tengah mereka melakukan ibadah puasa Ramadan. Dalam situasi seperti itu, Neta S Pane menilai sungguh sangat manusiawi apabila Kompol Naufil Hartono tertidur saat mengikuti rapat. “Apalagi rapatnya di ruangan AC. Selama ini ia biasanya bertugas di lapangan yang bercuaca sangat panas,” tuturnya.
Pada sisi lain, IPW menilai suatu hal yang wajar apabila Kapolda Jawa Timur Irjen Muhammad Fadil marah ketika mendapati anak huahnya ketiduran saat mengikuti rapat . Apalagi rapat kala itu juga dihadiri Pangdam V Brawijaya dan Wali Kota Surabaya.
“Namun hendaknya sebagai pimpinan, Kapolda juga harus mau menyadari terhadap situasi yang ada dan kerja keras yang dilakukan para Kapolsek sejak munculnya pandemi Covid-19, pelepasan ribuan napi, bulan Ramdhan, dan Lebaran,” paparnya.