Kapal ZIM Ditolak Sandar, Ekspor Jatim ke Israel Capai USD14 Juta
Pemerintah Kota Surabaya menolak kedatangan kapal dagang ZIM Trade Israel yang rencananya akan bersandar di Surabaya. Kendati tak jadi sandar di Surabaya, hal tersebut tak memberi dampak pada ekspor impor di Jatim. Aktivitas eskpor komoditi dari Jatim ke Israel pun mencapai USD14 juta sepanjang 2023.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri (PPLN) Dinas Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur, Erivina Lucky Kristian mengatakan, bahwa penolakan tersebut tidak memberikan dampak pada perdagangan Jatim.
Dari kebiasaan yang ada, barang ekspor atau impor selalu menggunakan kapal bukan berbendera Israel. Sebab memang tidak ada hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. "Jadi dampaknya tidak ada," kata Lucky kepada Ngopibareng.id, Rabu 10 Januari 2023.
Kendati demikian, ia tak mengelak Jatim memang memiliki hubungan perdagangan dengan Israel. Hanya saja, ekspor impor Jatim dengan Israel sangat kecil.
Dari catatan, total ekspor Jatim mencapai USD18,49 miliar, sedangkan total impor Jatim mencapai USD20,73 miliar.
Di tahun 2023 ekspor Jatim ke Israel mencapai USD14,58 juta dengan beberapa komoditas seperti minyak mentah atau CPO, lemak minyak hewan nabati, dan ampas sisa industri makanan.
Sedangkan untuk impor Januari hingga Agustus mencapai USD427,27ribu setara 0,02 persen dari total impor. Adapun barang impor berupa serat stapel buatan dan mesin peralatan.
Sedangkan presentase terbesar negara tujuan ekspor Jatim adalah China, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, India, Swiss, Vietnam dan Korea Selatan. Sedangkan presentase impor Jatim terbesar dari China, Amerika Serikat, Brasil, Thailand, dan Hong Kong.
"Jadi, neraca perdagangan Jatim dan Israel menunjukkan tidak tinggi. Artinya, kalau 10 besar ekspor impor Indonesia, Israel tidak masuk," ujar Lucky.
Saat disinggun terkait proses ekspor impor, ia menyebut ada beberapa hal. Di antaranya kerja sama antar daerah atau negara, kemudian karena suatu daerah tidak memiliki bahan yang diperlukan.
Selama ini, khusus Jatim lebih banyak melakukan impor berupa bahan baku dan bahan penolong 67,93 persen, barang konsumsi 25,16 persen dan barang modal 6,91 persen.
"Kalau hubungan dagang ketergantungan kami dengan pihak lain karena tidak bisa memenuhi sendiri sehingga kami impor dari negara lain. Impor kebutuhan dan kami berdasar dari masukan pelaku usaha mana paling murah," jelasnya.
Ke depan terkait ekspor impor Jatim, ia mengaku, pemprov terus berupaya meningkatkan ekspor impor. Salah satu upaya dengan melakukan misi dagang dengan daerah pun luar negeri, kemudian mengikuti pameran untuk memperkenalkan produk-produk UMKM asal Jatim.
Advertisement