Kapal Pesiar Berlabuh di Pegunungan Mojokerto
Bangunan kapal pesiar berdiri di Lembah Jubel yang berada di Dusun Belor Desa Kembang Belor, Kecamatan Pacet, Mojokerto.
Kapal megah yang memiliki lima lantai itu berada di antara Gunung Penanggungan dan Gunung Welirang. Kapal pesiar menghadap ke barat itu ketika mentari terbenam dan azan berkumandang, puluhan orang berbondong-bondong masuk ke dalamnya.
Yup! Bangunan megah itu adalah masjid berbentuk kapal pesiar. Rumah ibadah ini dibangun sejak tahun 2016 lalu.
Lantai pertama di rumah ibadah ini difungsikan untuk asrama putri anak yatim piatu Villa Durian Doa Yatim Sejahtera.
Sedangkan lantai dua digunakan untuk tempat ibadah, seperti salat, baca Al Qur'an dan kegiatan ibadah lainnya. Lantai tiga hingga lantai ke lima rumah ibadah ini belum rampung digarap. Pintu dan jendela belum terpasang.
"Pembangunan dimulai sejak tahun 2016, berdiri lima lantai. Jadi memang bertahap, lantai paling bawah sudah fungsi, asrama. Lantai dua tempat ibadahnya, kemudian lantai tiga nanti aula dan paling atas (lantai 4 dan 5) rencananya tempat santai tamu-tamu," kata pengasuh Villa Durian Doa Yatim Sejahtera Muhammad Mukhiddin, 42 tahun, kepada wartawan, Senin 4 April 2022.
Bangunan masjid ini memiliki ukuran 25x45 meter, yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 2,5 miliar, bersumber dari swadaya masyarakat dan berbagai kalangan. Pembangunan masjid ini berhenti pada tahun 2021, karena masih terbatas anggaran. Rencananya pada musim kemarau tahun ini pembangunan akan dilanjutkan kembali.
"Ini sudah vakum 1 tahun belum ada pergerakan. Insya Allah musim kemarau tahun ini mulai dilanjutkan kembali," ujarnya.
Desain masjid kapal pesiar ini adalah usulan dari putra pengasuh Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Lamongan, Gus Amirul Mukminin. Sosok Gus Amirul ini yang juga memotifasi Mukhiddin mendirikan panti asuhan anak yatim piatu yang lebih dikenal dengab Villa Durian Doa Yatim Sejahtera.
"Bentuk kapal ini berharap jadi bahtera penyelamat, karena penghuni di sini berasal dari berbagai macam persoalan sosial,” tegasnya.
Bangunan masjid itu dibuat detail menyerupai kapal asli. Roda kemudi, ruang navigasi, jendela, bahkan detail-detail peralatan benar-benar punya kapal sungguhan. Di lantai dua yang menjadi tempat ibadah itu tepatnya pada dinding paling depan terdapat jangkar, kompas, kemudi kapal dan lengkap beserta monitornya.
"Kompas saya dapat dari Demak, kalau kemudi (setir) ada yang dari Demak dan Medan, semua asli. Yang bagian luar juga ada ban pelampung juga asli," terangnya.
Pada bagian paling atas juga terdapat sebuah antena pemancar setinggi 12 meter, yang digunakan untuk jaringan WiFi.
Rencananya pada tahun ini pihaknya akan melanjutkan pembangunan lagi. Masjid ini akan diperpanjang sekitar 10 meter lagi. Ia memperkirakan bakal membutuhkan tambahan anggaran sekitar Rp1 miliar untuk membuat bangunan tampak seperti kapal asli.
“Saya ingin masjid ini benar-benar seperti kapal, baik pada tampilan luar maupun yang dalam,” ujarnya.
Meski belum rampung, masjid bernama Ar-Rahman ini telah dipergunakan untuk kegiatan, baik oleh penghuni Villa Doa maupun masyarakat. Bahkan terdapat kegiatan pengajian rutin yang didatangan orang-orang dari luar Mojokerto.
"Masjid ini setiap harinya di gunakan masyarakat sekitar dan anak yatim piatu untuk melaksanakan salat berjamaah. Bahkan sekitar 50 jamaah setiap harinya. Kadang ada teman-teman dermawan main kesini," ujarnya.
Selama bulan suci Ramadan tempat ini juga menjadi tempat tarawih untuk masyarakatnya sekitar dan penghuni villa. "Kadang ya ada para dermawan yang buka bersama di sini sama anak-anak penghuni panti, dilanjutkan tarawih bersama," tandasnya.