Kapal Joko Tole, Bertahan dari Himpitan Jembatan Suramadu
Pagi itu, Minggu 4 Maret 2018, suasana geladak Kapal Joko Tole tak seperti biasanya. Geladak kapal rute Ujung-Kamal ini tidak lagi menjadi tempat menumpuk barang dan parkir kendaraan penumpang. Namun sudah disulap menjadi area pesta kecil-kecilan.
Sebuah panggung berdiri dengan latar belakang hamparan lautan Selat Madura. Deretan kursi berjajar rapi di depan panggung. Pagi itu, Kapal Joko Tole memang disewa khusus oleh Komunitas Bukalapak Surabaya untuk merayakan ultahnya yang ke-4.
Selama sekitar dua jam, ratusan penjual online bersama keluarganya ini menikmati pesta kemeriahan di atas Kapal Joko Tole. Tepat di bawah Jembatan Suramadu, kapal milik PT Dharma Lautan Utama (DLU) ini sengaja berhenti sekitar 30 menit. Bentangan kemengahan Jembatan Suramadu menjadi salah satu suguhan pemandangan dari atas Kapal Joko Tole.
"Saya orang Surabaya, tapi baru kali menyeberang naik kapal. Lumayan cukup menghibur buat anak-anak dan murah juga bayarnya, " ucap Zuyyina, salah satu anggota Komunitas Bukalapak Surabaya.
Namun siapa sangka, di saat ratusan keluarga ini bersuka ria, kondisi Kapal Joko Tole sebenarnya sedang menjerit. Sejak beberapa tahun lalu, 14 kapal feri Ujung-Kamal sudah berhenti beroperasi. Hanya tinggal tiga kapal yang masih bertahan.Selain Kapal Joko Tole milik PT Dharma Lautan Utama (DLU), ada dua kapal lagi milik ASDP.
"Banyak yang sudah gulung tikar karena imbas dari adanya Jembatan Suramadu. Tarif lebih murah dan lebih cepat membuat masyarakat memilih lewat Jembatan Suramadu, " ujar Direktur Utama PT DLU, Erwin H. Poedjono.
Melihat kondisi ini, pihak DLU harus benar-benar memutar otak agar Kapal Joko Tole tetap bertahan. Salah satu caranya membuat program Wisata Bahari bagi masyarakat untuk mengatasi sepinya penumpang. "Kapal Joko Tole tetap beroperasi seperti biasanya, tapi kalau ada yang menyewa kita prioritaskan. Setelah itu baru beroperasi seperti biasa. Meski pemasukan dari program wisata ini tetap belum bisa menutupi sepenuhnya biaya operasional, " ujarnya.
Sampai saat ini, lanjut Erwin, pihak DLU mempunyai tekad akan terus mempertahankan keberadaan Kapal Joko Tole ini, meski harus melakukan subsidi silang dari rute lain untuk menutupi kerugian yang nilainya cukup besar. "Kapal Joko Tole ini kapal pertama yang dimiliki PT DLU dan dulu menjadi tumpuan perekonomian masyarakat Madura, kami akan mempertahankan sejarah itu. Kapal juga kita rawat dengan baik, termasuk kebersihan agar masyarakat yang menyewa lebih nyaman, " tandasnya.
Sebenarnya, lanjut Erwin, puluhan kapal lain tidak harus berhenti beroperasi andai kebijakan pemerintah bisa dibuat lebih bijak , "Jika kita melihat negara-negara lain. Perkembangan transportasi darat tidak harus mematikan transportasi laut. Di sana semua masih tetap bisa berjalan dan saling mendukung, tidak malah mematikan satu sama lainnya, " ucapnya.
Ditamabhkan Erwin, pemerintah harusnya memberikan subsidi agar jalur transportasi laut rute Ujung-Kamal ini tetap hidup sebagai salah satu alternatif jika terjadi sesuatu yang menyebabkan Jembatan Suramadu ditutup. Seperti, kecelakaan, gempa bumi, perawatan besar dan lainnya.
"Seharusnya pemerintah memberikan subsidi untuk lintasan ini karena merupakan infrastruktur alternatif jika seandainya di Suramadu terjadi gangguan yang menyebabkan jembatan ditutup, " ujarnya.
Sementara salah satu Anak Buah Kapal (ABK) Joko Tole, mengatakan jika bulan Februari-Maret ini, penyewa kapal Joko Tole untuk berwisata bahari sedang tinggi, "Seminggu bisa enam sampai tujuh kali disewa. Macam-macam penyewanya, ada dari sekolahan, perusahan dan komunitas masyarakat seperti sekarang ini, " ceritanya. (tom)