Kapal Ever Green sampai Belanda Usai Tersangkut di Terusan Suez
Kapal kontainer Ever Given yang nyangkut dan memblokir Terusan Suez, Mesir, pada 23 Maret 2021 atau selama hampir seminggu, akhirnya sampai di pelabuhan Rotterdam, Belanda, Kamis 29 Juli 2021.
Kapal terdampar secara diagonal dengan haluan kapal menabrak sisi timur, dan buritan kapal tersangkut di sisi barat kanal. Kemungkinan kapal yang berlayar dari China menuju Rotterdam, Belanda ini dihempas angin kencang. Atas insiden tersebut, kapal Ever Green sampai di Belanda empat bulan lebih lambat dari perkiraan awal.
Upaya mengapungkan kembali kapal sepanjang 400m dan berbobot 200.000 ton itu adalah upaya panjang yang melibatkan kapal tunda (tug boat) dan kapal keruk. Ini menyebabkan kemacetan parah, membuat lebih dari 300 kapal kini terhambat, termasuk beberapa yang terpaksa mengubah rute pelayaran ke selatan Afrika.
Kemacetan Lalu Lintas di Laut Merah
Terusan Suez adalah arteri perdagangan dunia, yang menghubungkan Mediterania dengan Laut Merah, dan menyediakan jalan bagi kapal untuk melintas antara Asia dan Timur Tengah dan Eropa. Alternatif utamanya, jalur melewati Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Rata-rata hampir 50 kapal melewati kanal tersebut setiap hari, meski kadang-kadang jumlahnya bisa jauh lebih tinggi - mencakup sekitar 12 persen dari perdagangan dunia. Ini sangat penting sebagai jalan untuk minyak dan gas alam cair, memungkinkan pengiriman dari Timur Tengah ke Eropa.
Pemilik Minta Maaf
Kapal akhirnya berhasil ditarik pada 29 Maret 2021. Setelah kapal kargo tersebut berhasil dibebaskan, lalu lintas pelayaran kembali lancar.
Pemilik kapal kargo raksasa yang kandas di Terusan Suez, perusahaan asal Jepang Shoei Kisen Kaisha menyatakan permohonan maaf karena kejadian itu sampai mengganggu perdagangan global.
"Kami dengan tulus meminta maaf karena menimbulkan kesulitan besar bagi kapal-kapal di Terusan Suez dan yang melewati kanal itu," ungkapnya.
Kerugian akibat kemacetan yang disebabkan oleh kapal kargo raksasa ini mencapai Rp43 triliun per hari, kata pakar sejarah maritim, Sal Mercogliano.
"Organisasi konferensi pengapalan internasional, ISC, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Terusan Suez bisa mencapai 3 miliar dolar Amerika Serikat per hari," katanya dalam wawancara dengan BBC World Service.