Kantong Bolong, Suprawoto Kuliah Pakai Sepatu Tentara Bapaknya
Lahir sebagai anak prajurit, keluarga Suprawoto terbiasa hidup pas-pasan. Maklum, dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu atau Peltu, sang ayah hanya bisa mencukupi kehidupan sehari-hari, tidak lebih.
Suprawoto sendiri merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Masih ada lima adiknya yang harus ditopang, terutama soal pendidikannya. Maka itu, hingga duduk di kelas 2 SMA, Suprawoto sempat pesimistis dan tidak memiliki harapan muluk. Apalagi bisa melanjutkan ke bangku perguruan tinggi berkualitas.
Namun, saat menginjak kelas 3 SMA, ia baru menyadari bahwa melajutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sangatlah penting. Maka itu, tumbuh semangat untuk belajar lebih tekun.
“Nanti jadi apa saya kalau tidak kuliah, dari situ saya belajar agak bener,” kata Suprawoto.
Singkat cerita, pria yang kini menjadi Bupati Magetan itu lulus SMA dan berniat melanjutkan studinya ke salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Di titik inilah Suprawoto merasa beruntung sebagai anak prajurit meski bukan dari golongan perwira.
Karena hanya dengan berbekal kartu veteran sang ayah, ia tak perlu membayar sepeser pun, alias gratis sejak awal masuk UGM. “Itulah baiknya Pak Harto (Suharto, Presiden Kedua Republik Indonesia). Semua gratis hanya dengan menunjukkan kartu veteran bapak saya, bapak saya veteran 45. Saya melapor setiap tahun,” katanya.
Namun, bukan berarti jalan untuk menjadi mahasiswa di UGM selesai, karena Suprawoto harus berpikir bagaimana caranya bisa menghidupi dirinya selama di Yogyakarta.
“Jangankan makan, beli sepatu saja saya gak bisa. Jadi pas kuliah, saya pakai sepatu junglenya bapak, sepatu tentara itu. Makanya saya tidak pernah duduk di depan saat kuliah, karena malu,” katanya sembari tertawa.
Untuk perbincangan selengkapnya, tunggu tayangan podcast Black Kopi Arif Afandi bersama Bupati Magetan Suprawoto.