Kanker Usus Ibunda Kiki Farrel Kambuh
Kiki Farrel tengah menghadapi cobaan, di mana sang ibu, Dahlia menderita penyakit kanker usus untuk kedua kalinya. Menurut Kiki Farrel, sang ibu kembali merasakan sakit di perutnya sekitar April 2019.
Setelah diperiksa dokter pada Juli 2019, sakit yang dirasakan Dahlia ternyata karena kanker usus yang kembali bermasalah.
Perempuan 62 tahun itu pun kemudian menjalani operasi dan selama dua minggu dirawat di sebuah rumah sakit. Namun menurut Kiki Farrel, kondisi sang ibu kini sudah mulai membaik.
"Kondisi mama baik-baik aja, stamina juga baik-baik aja. Habis jalani kemoetrapi tahap pertama. Mama sudah mulai kayak biasa. Sekarang istriahat di rumah," kata Kiki Farrel, usai menjadi bintang tamu acara Pagi Pagi Pasti Happy, Kamis 5 September 2019.
Meski begitu, Dahlia lebih banyak beristirahat di rumah. Ia pun dilarang beraktivias di luar rumah. "Kalau aktivitas di seputar rumah sih masih. Tapi kalau jalan-jalan gitu belum," jelas Kiki Farrel.
Meski kondisi sang ibu telah berangsur membaik, namun menurut Kiki Farrel, ibunya masih harus menjalani serangkaian kemoterapi.
"Kemo kan berkali-kali, masih kontrol ke rumah sakit, kemo masih berlanjut. Mudah-mudahan lancar. Namanya orang sakit, tiduran, istriahat. Kalau nggak penting banget nggak usah ngobrol yang gimana-gimana, istriahat aja di rumah," tutur Kiki Farrel.
Penyebab Kanker Usus
Di awal bulan ini, Dahlia mulai menjalani proses kemoterapi yang pertama. Dalam proses penyembuhannya, ibunda Kiki Farrel itu mendapat tiga jenis obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya.
Menurut Kiki Farrel, proses kemoterapi yang dijalani mamanya tahun ini berbeda dari operasi dua tahun yang lalu. Kali ini Dahlia harus dirawat usai menjalani kemoterapi serta minum obat di pagi hari.
Kiki Farrel mengatakan jika dia tidak tega melihat ibunya harus menjalani proses kemoterapi yang diakuinya memiliki efek samping pada tubuhnya. "Tapi ini jalan menuju kesembuhan," ujarnya.
Kiki memang tak mengungkap penyebab ibundanya sampai terserang kanker usus. Dokter ahli pencernaan Profesor Ari Fahrial Syam menjelaskan, terdapat dua faktor risiko terbesar seseorang mengidap kanker usus.
"Faktor risiko terjadinya kanker usus adalah gaya hidup dan genetik. Namun, gaya hidup adalah yang utama," ungkap dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM).
Ia pun memastikan, faktor tersebut juga ditemukan pada jenis kanker lain. "Faktor risiko gaya hidup yang telah teridentifikasi dan konsisten adalah pola makan tinggi daging merah, olahan, kurang sayur, dan minim (mengonsumsi) buah," jelas Ari.
Mengutip dari laman Hopkins Medicine, para peneliti di Johns Hopkins Kimmel Cancer Center menyimpulkan, satu butir antibiotik bisa meningkatkan risiko berkembangnya kanker usus besar selama satu dekade.
Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Gut dan baru saja dirilis pada 20 Agustus lalu. Disoroti juga pentingnya mengontrol penggunaan antibiotik, terlebih seringkali diresepkan secara berlebihan.
"Pesan utama penelitian ini adalah pentingnya tata layanan antibiotik, yakni tidak mengobati infeksi virus yang umum dengan antibiotik, menggunakan antibiotik dalam periode sesingkat mungkin, dan penggunaan antibiotik yang spesifik," jelas Cynthia L. Sears, MD., yang memimpin penelitian tersebut.
Profesor Imunoterapi Kanker ini juga menjelaskan, penelitian yang dilakukan bersama tim telah menambah pemahaman bahwa antibiotik memiliki efek luar target yang signifikan. "Termasuk induksi penyakit kronis," tegasnya.