Kampus Terpapar Terorisme, Dipertanyakan Pengamat
"Kelihatannya BNPT itu tidak melakukan penelitian secara sangat serius dan asal menuduh" kata Al Chaidar pengamat terorisme menanggapi temuan BNPT.
Pernyataan petinggi BNPT yang menyebutkan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (UNDIP), hingga Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) terpapar radikalisme, dipertanyakan sejumlah pihak.
"Kalau untuk Unair sebetulnya, untuk radikalisme yang menjadi teroris, itu sinyalemen saya, evaluasi saya, itu hampir tidak ada. Sistem pendidikan di Universitas Airlangga, termasuk di universitas-universitas lain, itu kemudian mengarah ke terorisme itu hampir tidak ada, kalau kita tidak mengatakan, tidak ada sama sekali," kata Aribowo, pengamat politik Unair Surabaya, salah satu kampus yang disebut BNPT terpapar radikalisme seperti disebut media.
Selain Aribowo, pihak-pihak lain juga mempertanyakan rincian hasil temuan BNPT, misalnya terkait dengan metodologi penelitian, data dan definisi yang dipakai.
Al Chaidar dari Universitas Malikul Saleh, Lhokseumawe, Aceh mengatakan jumlah mahasiswa yang terpapar radikalisme kekerasan sangat sedikit jumlahnya.
"Dari semua data yang kami miliki, itu tidak sinkron dengan data yang dimiliki BNPT. Kelihatannya BNPT itu tidak melakukan penelitian secara sangat serius dan asal menuduh. Jadi saya kira ini yang harus dipertanggungjawabkan hasil penelitian mereka dan harus dipaparkan secara terbuka," kata pengamat terorisme Al Chaidar.
Dia menambahkan orang-orang yang radikal mempunyai kesadaran untuk membangkitkan sistem hukum, tata dunia baru dengan cara kekerasan, intoleran, brutal dan sadis.
Menurutnya terdapat hanya delapan mahasiswa aktif yang terlibat terorisme dari tahun 2002-2018, di antaranya mahasiswa Unair pendukung ISIS dan Universitas Hasanudin dan Muhamadiyah di Makasar yang terlibat kelompok Santoso.
Pada hari Sabtu 02 Juni Densus 88 menangkap tiga alumni Universitas Riau (Unri), yang diduga merakit empat bom untuk peledakan sejumlah tempat, termasuk gedung DPR di Jakarta.
Pernyataan soal perguruan tinggi yang terpapar paham radikalisme itu berasal dari Direktur Pencegahan BNPT, Hamli mengatakan hampir semua perguruan tinggi negeri (PTN) sudah terpapar paham radikalisme.
"PTN itu menurut saya sudah hampir kena semua (paham radikalisme), dari Jakarta ke Jawa Timur itu sudah hampir kena semua, tapi tebal-tipisnya bervariasi," kata Hamli dalam sebuah diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 25 Mei lalu.
Dia membeberkan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) sudah disusupi paham radikal.
Hamli menjelaskan pola penyebaran paham radikalisme yang berkembang di lingkungan lembaga pendidikan saat ini sudah berubah. Awalnya penyebaran paham tersebut dilakukan di lingkungan pesantren. Namun saat ini, kampus negeri maupun swasta menjadi sasaran baru dan empuk bagi penyebar radikalisme.
"PTN dan PTS yang banyak kena itu di fakultas eksakta dan kedokteran," ungkap Hamli
Sebelumnya BNPT juga pernah mengadakan jajak pendapat di 2017 lalu. Hasil jajak pendapat itu memperlihatkan 39% mahasiswa di 15 provinsi tertarik pada paham radikal dan Riau termasuk dalam 15 daerah yang dikaji. Beberapa provinsi lainnya adalah Jawa Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Tengah.
Sementara pada bulan Agustus 2017, Wahid Institute menyebutkan 11 juta orang bersedia melakukan tindakan radikal, 0,4% penduduk Indonesia pernah bertindak radikal dan 7,7% mau bertindak radikal jika memungkinkan. (amr)