Kampung YouTuber Bondowoso: Buat Konten Belajar dari Google
Jika Arief Zainurrohman, warga Desa Grujugan Lor Kecamatan Jambesari Darusolllah Bondowoso dan dua rekannya meraup keuntungan, dengan menyebarksn konten hoaks dan SARA lewat kanal YouTube, tidak demikian dengan Imam Januar. Warga Desa/Kecamatan Tapen ini meraup keuntungan dengan membuat konten YouTube positif secara autodidak.
Awalnya, Imam Januar tidak mengerti membuat konten YouTube. Tapi, setelah belasan tahun bekerja sebagai karyawan toko sejak 2006 merasa jenuh, Imam memutuskan berhenti dan belajar membuat YouTube.
"Tahun 2017 akhir, saya mulai belajar membuat akun YouTube dan mengisi kontennya secara autodidak untuk mencari tahu bagaimana mendapatkan uang dari internet sebagai YouTuber," kata pria 34 tahun ini.
Imam Januar kemudian berselancar di internet dengan membuka Google. Dari Google ini dia mencari informasi membuat akun YouTube dan mengisi konten Youtube. Namun, Imam Januar kesulitan, karena lulusan SMAN 1 Tapen memang gagap teknologi informasi internet. Tapi, tekad ingin mendapatkan uang dari YouTube sudah bulat, Imam tidak patah semangat belajar membuat akun YouTube.
"Selama empat bulan saya belajar membuat akun YouTube dan cara mengisi konten YouTube secara autodidak. Karena, tidak punya modal uang, saya pakai handphone Android untuk merekam video, mengedit, dan mengunggah ke akun YouTube. Itu akhir 2017 dan belum ada hasilnya. Handphone Androidnya sampai sekarang masih ada, " ujarnya.
Masuk 2018, kerja keras Imam Januar membuahkan hasil uang secara bertahap. Bahkan, dia tidak menyangka rekening tabungan terisi Rp 45 juta, bahkan sekarang hingga Rp 250 juta dalam sebulan dari konten YouTube yang dibuat dan disebarkan di internet. Dia pun semakin bersemangat mengisi konten di akun YouTubenya.
"Pekerjaan baru saya, awalnya menimbulkan fitnah, karena tidak terlihat tapi bisa renovasi rumah dan membeli kendaraan. Tapi, perjalanan waktu, warga Desa Tapen mulai mengerti, " ungkap bapak satu anak ini.
Imam Januar telah menularkan ilmu mencari uang kepada para pemuda di Desa Tapen. Hingga puluhan pemuda menekuni aktivitas menjadi YouTuber. Bahkan, ada pemuda desa yang mengikuti jejak Imam mendapatkan uang hingga Rp250 juta dalam sebulan dari membuat dan menyebarkan konten YouTubenya.
"Barangkali karena mayoritas pemuda di sini menjadi YouTuber, sehingga Desa Tapen sekarang dikenal " Kampung YouTuber"," kata Imam Januar.
Mengenai konten YouTube, menurut Imam, dirinya dan para pemuda Desa Tapen menghindari konten hoaks dan SARA. Mereka memilih konten resep-resep herbal mengatasi keluhan penyakit dari pengalaman warga desa hingga hiburan yang mengedukasi masyarakat dan diperkaya tambahan informasi dari Google.
"Konten YouTube yang dibuat dari para pemuda Kampung YouTuber Desa Tapen sangat sederhana dan memberi manfaat, juga sangat dibutuhkan masyarakat pengguna kanal YouTube, " terang Imam.
Karena menjadi YouTuber menyenangkan dan menghasilkan uang, sekarang para pemuda Desa yang lulus SMA tidak lagi merantau ke Bali menjadi kuli bangunan atau karyawan toko di Bondowoso. Mereka memilih tinggal di desa belajar kepada Imam Januar menjadi YouTuber.
"Dari belajar membuat akun YouTube dan membuat konten YouTube, saya bisa membantu orangtua mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan melunasi semua utang orangtua, " kata Ryan Hendra seorang pemuda yang menggeluti YouTube mulai Juli 2019.
Advertisement