Kampung Tua di Tanjung Uma Makin Berdetak Saat Ramadan
Nama Tanjung Uma, atau Tanjung Ume, mungkin tidak popular. Tanjung Uma adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Lubuk Baja, Batam. Wilayah ini cukup unik. Sebab, kampung tua ini semakin berdetak kala Ramadan.
Tanjung Uma terletak di salah satu tanjung bagian utara Pulau Batam. Posisinya berhadapan langsung dengan perairan Selat Singapura. Tanjung Uma telah ditetapkan Pemerintah Kota Batam sebagai salah satu dari puluhan kampung tua yang bersejarah.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, jika dikelola dengan baik, Tanjung Uma bisa menghadirkan wisatawan dalam jumlah besar.
“Tanjung Uma berpotensi menjadi destinasi halal unggulan di Batam. Karena, lokasinya selalu ramai saat Ramadan. Ini peluang yang sangat baik. Tinggal dikemas dengan menarik serta dimasukan event, maka Tanjung Uma akan luar biasa,” tutur Pitana, didampingi Asisten Deputi Pemasaran I Regional II Kemenpar Sumarni.
Karakter Tanjung Uma memang unik. Setiap Ramadan tiba, kelurahan ini justru berdetak lebih cepat dari biasanya. Detak yang semakin berirama saat menjelang senja. Sebab, ratusan orang mulai berdatangan untuk berburu penganan berbuka puasa.
Keramaian terjadi di jalan sekitar Mesjid Nurul Hikmah, Kampung Agas Tanjung Uma. Jalan yang yang tidak terlalu besar itu, selalu dibuat sesak oleh warga Batam jelang berbuka.
“Antusiasnya pendatang ini harus diperhatikan. Sebab, mereka adalah potensi. Kalau bisa jumlah pengunjung harus ditambah. Caranya, harus ada event atau atraksi yang bisa mengundang orang datang. Dampaknya akan sangat baik bagi perekonomian warga sekitar,” papar Sumarni.
Bagi para pecinta hidangan laut, Tanjung Uma bagaikan telaga yang akan memuaskan haus dan dahaga. Aneka hidangan laut tersedia disini. Ada beragam jenis ikan, siput, kerang, kepiting, sotong dan udang, terhidang menggoda di meja-meja yang menjadi lapak para pedagang.
Beragam ikan yang yang dijual di Tanjung Uma menjadi daya tarik utama. Ikan-ikan itu ditawarkan untuk dibakar. Dan rata-rata ikan berukuran besar. Ikan-ikan seperti ikan pari, ikan selikur, ikan taci, ikan bawal, ikan baronang, dan ikan kerapu sukses membuat orang berpuasa semakin kelaparan dan menelan air liur.
Tak hanya ikan, Sotong berukuran besar pun ikut dibakar dengan cara disate. Otak-otak dan telur ikan juga dibakar dalam bungkusan daun kelapa. Selain beragam ikan dan sotong, warga Batam sangat menyukai kepiting, rajungan, gonggong, dan kapis.
“Ini bukti Tanjung Uma memiliki kelebihan. Tinggal bagaimana memaksimalkannya saja,” sambung Sumarni.
Ada hal menarik lainnya dari Tanjung Uma. Yaitu, saat malam penghujung tahun, masyarakat Batam sering berdatangan ke bukit ini hanya untuk menyaksikan pertunjukkan kembang api yang sedang berlangsung di Marina Bay, Singapura.
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, dengan posisinya yang masuk ke Batam Tanjung Uma bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata.
“Unsur 3A (atraksi, amenitas, aksesibilitas) harus diperkuat lagi. Karena 3A inilah yang bisa menarik wisatawan untuk datang. Tanjung Uma beruntung karena masuk dalam wilayah Batam, yang sudah kuat 3A. Tapi untuk Tanjung Uma, atraksi harus lebih dipertajam dan dikemas dengan baik,” paparnya. (*)