Kampung Menjadi Garda Depan Surabaya
Surabaya terkenal sebagai salah satu kota, yang kerap dijadikan percontohan soal tata kotanya. Hal ini tak lepas dari salah satu upaya pemerintah kota dalam membenahi kampung-kampungnya. Salah satunya adalah Kampung Lawang Seketeng dengan Langgar Duwurnya di Kelurahan Peneleh. Kampung yang awalnya biasa biasa saja, namun memiliki aset sejarah yang bisa dimanfaatkan, kini menjadi Kampung Heritage, yang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah kota Surabaya. Lainnya, juga ada kawasan, yang dulunya kumuh atau memiliki permasalahan lingkungan, akhirnya berhasil diubah menjadi kampung kreatif yang lebih produktif.
Di antara kampung-kampung itu adalah lima kampung seperti berikut: Pertama adalah Kampung Herbal. Kampung Herbal terletak di Jalan Genteng Candirejo, Surabaya. Kampung ini seolah menjadi oase yang sarat dengan tumbuhan herbal seperti kunyit, belimbing wuluh, dan lain sebagainya. Kedua, adalah Kampung Lontong. Kampung ini terletak di Jalan Banyu Urip dan Kupang, Surabaya. Hasil produknya selain dijual di pasar pasar, kampung ini menjadi jujugan perkulakan lontong bagi penjual makanan yang berbasis lontong. Ketiga, adalah Kampung Kue. Kampung ini terletak di Rungkut Lor II Surabaya. Sejak sekitar pukul 02.30 WIB di sepanjang jalan kampung ini dipenuhi para pengusaha kue tradisional yang menjajakan dagangannya seperti risoles, putu dan lain-lain. Keempat adalah Kampung Tempe. Kampung ini terletak di Tenggilis Tenggilis Kauman, Surabaya. Banyak rumah tangga yang meproduksi tempe yang umumnya menjadi pemasok ke pasar-pasar dan industri kuliner besar. Kelima adalah Kampung Lawas. Kampung ini terletak di Kampung Maspati, di mana aset peninggalan rumah rumah lawasnya dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik edukasi dan pariwisata.
Surabaya bisa bertumbuh menjadi kota besar seperti sekarang karena keberadaan dan dinamika kampungnya. Kampung tidak hanya sebagai wujud di mana terdapat beberapa rumah (tempat tinggal), tapi kampung merupakan tempat di mana kesatuan warganya secara sosial budaya saling berinteraksi secara mutual. Sehingga kampung menjadi produk identitas kota Surabaya. Misalnya wisata sejarah dan kuliner.
Kampung menjadi garda depan dalam menghadapi berbagai tantangan seperti misalnya: Covid 19 yang kemudian dengan kampung-kampung muncullah “Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo”. Contoh lainnya adalah persoalan ekonomi, yang kemudian muncul industri rumah tangga yang barbasis pada usaha UMKM. Pun demikian dengan masalah masalah keamanan, yang kemudian muncul kegiatan pengamanan lingkungan yang umumnya disebut Siskamling di kampung.
Maka, kampung kampung yang tersebar di Kota Surabaya harus senantiasa dibina dan diberdayakan sebagai aset kota Surabaya secara ekonomi, sosial dan budaya. Kampung bukannya lantas digusur dan diganti komplek permukiman baru dan moderen, yang pada akhirnya mendongkel kearifan lokal yang ada. Jika ada permukiman baru, biarlah permukiman baru itu menempati area area lain yang pantas dibuka dan dikembangkan sebagai bentuk pembangunan dan perkembangan kota.
Masyarakat kampung di Surabaya sudah lama berkontribusi terhadap eksistensi kota Surabaya. Ketika pecah perang kemerdekaan, misalnya, warga kampunglah yang maju ke garis depan peperangan. Misalnya pada peristiwa insiden Bendera di Hotel Yamato di jalan Tunjungan, mereka yang merangsek ke depan hotel adalah warga dari kampung kampung di sekitar jalan Tunjujungan, seperti kampung Kebangsren, kampung Ketandan, kampung Kedung Klinter dan kampung Genteng.
Ketika Kampung kampung dan masyarakatnya dianggap sebagai unsur penting dalam pembangunan kota Surabaya, maka warganya harus aktif berkontribusi secara maksimal. Karenanya, mereka diharapkan mampu mengenali potensi lokalnya, kreatif dan inovatif, koordinatif dan lebih menambah wawasan agar bisa menjadi duta kaampungnya. Di saat sekarang dimana kita harus menghadapi pandemi Covid-19, maka mereka juga diharapkan bisa lebih tangguh, sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan menerapkan 3 M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan Menjaga jarak).
Dengan demikian, kampung kampung di Surabaya senantiasa siap menjadi garda dalam menghadapi berbagai tantangan mulai dari ancaman degradasi kearifan lokal, sosial-ekonomi, keamanan hingga kesehatan.
Advertisement