Kampung Kopi Rakyat Menggeliat di Banyuwangi
Banyuwangi : Banyuwangi merupakan salah satu daerah penghasil kopi rakyat. Seiring dengan menggeliatnya pariwisata di Banyuwangi, membuat desa-desa penghasil kopi, kini menggeliat dengan membuat wisata Kampung Kopi.
Seperti di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Desa Telemung merupakan kawasan lereng Pegunungan Ijen Banyuwangi, yang 330 hektare dari 550 hektare luas desa ini terpampang perkebunan kopi rakyat.
Desa ini dikembangkan menjadi Kampung Kopi, karena memiliki karakteristik yang unik. Jalannya berliku dan menanjak dengan dikelilingi kebun kopi, menarik untuk adventure.
Di desa telah terdapat Omah Kopi, dengan desain bangunan bergaya Rumah Suku Using. Rumah itu menjadi sentra pembuatan kopi rakyat.
Masih di Kecamatan Kalipuro, di Dusun Lerek, Desa Gombengsari juga mengembangkan hal serupa. Dusun Lerek sejak dulu memang terkenal dengan sentra perkebunan kopi rakyatnya.
Di desa ini setiap rumah memiliki pekarangan yang berisi kebun kopi. Jika biasanya di desa-desa lain halaman rumah dipakai untuk menjemur padi, maka di Gombengsari warga memakainya untuk menjemur biji kopi.
"Hampir setiap rumah memiliki pohon kopi. Ini sudah ada turun temurun. Pohon-pohon kopi di sini sudah berusia puluhan tahun," kata Masridin (65), salah satu pemilik lahan kopi di Lerek.
Pohon-pohon kopi di desa ini berusia puluhan tahun. Struktur tanah Desa Gombengsari menanjak, berbatuan berliku, dan hanya cukup dilalui satu kendaraan roda empat, membuat perjalanan kian seru dan menantang.
Mengendarai mobil offroad wisatawan diajak berkeliling di tengah-tengah kebun kopi.
Di desa ini juga terdapat sekretariat GNC (Gombengsari Nirvana Coffee), wisatawan diajak melihat proses sangrai kopi rakyat, dan menikmati secangkir kopi rakyat.
Desa lain yang terkenal kopinya adalah Desa Banjar, Kecamatan Licin. Di desa ini terdapat kopi uthek, kopi yang disuguhkan dengan sepotong gula aren (nira) terpisah sebagai pendampingnya. Gula nira tersebut digigit sembari kopi diminum.
Teman dari kopi uthek ini adalah sego lemeng. Kopi uthek dan sego lemeng merupakan kuliner khas Suku Using Desa Banjar. Sego lemeng adalah nasi yang digulung dengan daun pisang dan diisi dengan cacahan daging ayam dan ikan tuna/ikan asin.
Lalu gulungan nasi tersebut dimasukkan ke dalam bilah bambu dan dibakar saat akan dimakan. Paduan aroma daun pisang dan bau asap dari pembakaran bambu yang terperangkap di dalam sego lemeng itu menghasilkan citarasa sego lemeng yang khas, gurih dan sedap.
Melihat geliat warganya, Pemkab Banyuwangi memberikan wadah dengan menggelar Coffee Processing Festival, di Rumah Kreatif Banyuwangi, selama tiga hari 18 -20 Oktober 2017. Festival ini digelar untuk meningkatkan kualitas produk kopi rakyat di Banyuwangi. Pemkab pun mendatangkan pakar kopi untuk memberikan edukasi bagaimana menghasilkan produk kopi kualitas terbaik.
Festival ini diikuti 100 peserta yang terdiri atas pekebun kopi dan pelaku usaha kopi baik industri kecil menengah (IKM) maupun pemilik kafe.
“Harapannya agar pekebun dan IKM akan tahu cara-cara mengolah kopi yang baik sehingga mereka bisa memproduksi kopi yang benar-benar berkualitas. Apalagi kopi Banyuwangi ini mulai dikenal nasional,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Ketut Kencana. (hud/wah)